Bayu pun tersadar, seketika mengejar Serena yang kini sudah membuka pintu mobil.Dengan cepat Bayu menutupnya sebelum Serena masuk."Jangan sampai keributan kita menjadi tontonan orang-orang," Bayu pun kembali menarik Serena masuk ke dalam rumah, bahkan menariknya kembali masuk ke dalam kamar agar Dara pun tak melihatnya.Walaupun Dara sudah melihat dari sudut ruangan saat Bayu menarik Serena dengan paksa, yakin jika anak dan menantunya tengah bertengkar hebat."Ada apa lagi?" Serena menghempas tangan Bayu, kesal bukan main saat Bayu hanya menuduh dan menuduh dirinya tanpa alasan yang jelas.Andai saja Bayu bertanya dengan baik-baik mungkin pertengkaran ini tidak akan pernah terjadi.Sikap wanita tergantung bagaimana pria menyikapinya, jika sang suami acuh maka wanita pun bisa demikian.Akan tetapi, jika di perlakukan lembah lembut bukan tidak mungkin para wanita akan merajakan suaminya.Dan saat ini Bayu membentaknya dari awal, maka itulah yang diberikan oleh Serena, membalas dengan
"Satu Tahun berapa hari?""Emang kenapa?""Jawab aja!""345 Hari.""Bodoh!" Bayu menyentil kepala Serena."Aku tahu!" Serena pun mulai mengingat dengan jelas."Berapa?" Bayu menunggu jawaban kedua dari Serena."365 Hari," jawab Serena dengan bangganya.Kali ini sudah pasti benar, yakin sekali."Pinter!" Bayu mengetuk kepala Serena cukup kuat bahkan, sampai ada terdengar suara."Pinter, 'sih pinter, nggak segitunya juga kali Bay!" Serena pun menggosok kepalanya hingga berulangkali.Tapi, ada rasa bangga karena, menjawab dengan benar. Seperti bocah ingusan yang memenangkan pertandingan hingga bangga sampai puncak langit biru.Sedangkan Bayu tidak memperdulikan omongan Serena, tetap fokus pada topik pembahasan awal."Terus kamu udah minum pil KB 4 Tahun. Jadi, 365 hari di kali 4 hasilnya berapa?" Tanya Bayu lagi.Keduanya duduk bersebelahan tapi kepala Serena masih di jepit di bawah ketiak Bayu, baru saja keduanya terlibat ketegangan kini sudah baikan lagi."1040 Hari!" Jawab Serena den
Halo teman-teman semuanya, apa kabar?Mohon maaf kalau Author nggak bisa balas satu-satu komentar kalian semuanya. Hehehe maklum punya Dede bayi, kadang buat nulis aja kejar-kejaran sama anak.Langsung aja, di saat Novel : Istri Gelap Tuan Arrogant mau tamat ini, Author membagikan GA.Jadi nanti akan ada 2 pembaca beruntung buat dapetin Rp.300.000*2 jadi, buat kalian pembaca setia sering-sering muncul di kolom komentar ya.Satu lagi banyak banget yang komen kalau ceritanya nggak nyambung, mohon maaf saya bukan penulis hebat. Saya pun tidak hobi menulis, jujur saya membaca juga paling malas.Hanya saja jiwa kehaluan saya itu terlalu tinggi. Jadi, sayang kalau nggak di tuangkan melalui tulisan.Dan kalau ada yang merasa cerita saya tidak sesuai dengan keinginan kalian, sekali lagi mohon maaf saya yang memang banyak kekurangan memang harus banyak belajar.Di usahakan novel ini end dalam Bulan ini, namun jika Author nya tidak mampu maka pertengahan Bulan depan.Dan kenapa Author nggak pi
"Serena," segera Bayu beranjak dari tempatnya menyusul Serena menuju dapur."Apa?" Serena sejenak melirik Bayu, sesaat kemudian membuka kulkas mengambil beberapa sayuran segar untuk di olah menjadi makanan.Bayu berdiri di samping kulkas melihat istrinya mengeluarkan beberapa sayuran."Kamu mau masak apa?""Nggak tau juga. Tapi, bahan makanan banyak banget. Jadi, aku masak yang ada aja. Nggak usah belanja lagi."Serena pun merasa cukup, beberapa bahan yang dibutuhkan semua sudah tertata di meja.Kemudian menutup kulkas kembali, beralih menuju rak dengan bumbu-bumbu dapur.Bayu juga mengikuti Serena, berdiri miring sambil bersandar pada rak."Ren, tuntasin kek dulu, yang tadi," Bayu tersenyum sambil menggoyangkan alis matanya.Serena memutar bola matanya, memilih diam dan tidak perduli."Ren!" Bayu mencolek Serena, berharap istrinya paham.Serena masih diam dan menutup laci, ternyata tangan Bayu berpegang pada sudut laci yang terbuka. Akhirnya tanpa sengaja terhimpit oleh laci saat d
Malam kian larut, Serena dan Bayu semakin dekat dan hangat, sedangkan Kinanti dan Adam juga di sibukkan dengan dua anaknya.Rasa bahagia kian terasa semakin dalam, sekalipun tingkah kedua anaknya bisa membuat kepala serasa akan pecah.Tetapi, di sanalah letaknya bahagia membesarkan anak memang butuh waktu dan tenaga semuanya tidak akan terasa saat melihat anak-anak nya bahagia.Namun, lain halnya dengan satu anak manusia. Renata namanya, dirinya tengah berbaring di atas brankar bersama anaknya.Mengelus rambut coklat Mentari dengan lembutnya, di saat ini dirinya sedang tidak baik-baik saja.Mengeluh mungkin hanya untuk orang-orang putus asa.Dan itulah yang kini tengah terjadi.Sudah berusaha untuk menjadi orang baik dan terus belajar menjadi orang yang lebih baik, mengikhlaskan seseorang yang sangat di cintai demi mengejar cinta yang lain.Dirinya pun sudah berusaha untuk tetap tenang, tegar dalam menghadapi kenyataan pahit.Bersuamikan seorang sahabat yang dulu pernah menjalin kasih
Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit akhirnya, hari ini Mentari sudah di perbolehkan untuk pulang.Melanjutkan rawat jalan sebelum akhirnya dokter mengatakan sembuh total, trauma yang di alami Mentari tentu ada.Maka dari itu Renata terus mendampingi anaknya selama 24 jam."Mentari minum Obat dulu, ayo buka mulutnya," Renata tersenyum pada anaknya, perasaan menjadi seorang Ibu begitu bahagia melihat perkembangan anaknya jauh lebih baik.Mentari pun menurut, membuka mulut dan menelan obat secepatnya."Anak pintar, ayo tidur," Renata membantu Mentari untuk kembali berbaring, menyelimuti Mentari dengan kain."Ma, Tari kangen sekolah.""Iya, kalau Tari rajin minum obat, banyak istirahat pasti akan cepat sembuh. Terus sekolah lagi deh," lagi-lagi Renata memberikan semangat kepada putri kecilnya.Mentari mengangguk menurut, perlahan menutup mata hingga akhirnya benar-benar terlelap."Mama ingin bicara," kata Irma.Dari tadi Irma hanya diam sambil berdiri di sudut kamar menyaksikan
Tangan Renata meletakkannya di atas ranjang."Mainannya kok di buang?" Tanya Renata lagi sambil duduk di sisi ranjang dan mengelus kepala Mentari."Tari nggak mau! Kata Oma dia jahat!" Jawab Mentari sambil menunjuk Zidan.Hati Zidan tidak henti-hentinya merasakan sakit, mungkin Irma pun mengatakan sesuatu yang membuat Mentari membencinya.Renata memeluk Mentari dan mencium pucuk kepala putrinya hingga berulangkali."Mom boleh tanya sama Tari?" Tanya Renata dengan gaya bahasa anak kecil agar, mudah di mengerti putrinya yang masih kecil.Mentari pun mengangguk sebagai jawaban setuju atas pertanyaan Renata."Pernah Mom ajarkan Tari tidak sopan pada orang tua?"Mentari mendongkak menatap manik mata Renata kemudian menggeleng.Renata pun tersenyum dan kembali mencium kening putrinya."Terus kenapa Tari nggak sopan sama orang tua? Sama Daddy lagi?"Mentari beralih menatap Zidan yang juga tengah menatapnya, seakan dirinya bingung dengan penjelasan Renata."Tapi, temen-temen bilang Daddy itu
Setelah Mentari tertidur lelap Zidan pun berpamitan pulang, hatinya begitu bahagia mendengar panggilan Mentari."Daddy?" Zidan tersenyum sambil memasuki rumah kedua orang tuanya.Baru saja satu langkah kakinya menginjak lantai sudah terdengar suara Mala menyebut namanya."Zidan.""Ya Ma," Zidan berjalan menuju sofa, ikut duduk bersama Mala bersebelahan."Tadi Adam ke sini, mencari kamu. Kamu nggak ke rumah sakit?""Nggak Ma, Zidan libur," Zidan pun melihat ponselnya, ada banyak panggilan dari Adam yang tidak terjawab.Zidan memang membunyikan nada dering ponsel agar tidak menggangu Mentari saat tadi.Sampai ternyata Adam pun menghubungi tidak terjawab."Dia bilang sesuatu ke Mama?""Enggak, dia cuma nanya kamu itu saja.""Em," Zidan pun mengangguk mengerti."Zidan tunggu," Mala menarik tangan Zidan untuk kembali duduk di sampingnya.Dengan perlahan Zidan pun kembali duduk pada tempatnya."Gimana Mentari?" "Dia sudah lebih baik Ma."Mala mengangguk, "Apa kamu tidak ingin membawa Menta