Bab 172

Irma terus saja memeluk putrinya dengan erat, saat perjalanan pulang hingga sampai di rumah.

Hati wanita itu begitu sakit dan terluka.

Wanita mana yang tak sakit hati melihat putrinya dikasari di depan mata kepalanya sendiri.

Renata pun hanya diam, di tengah teriknya matahari tapi malah ada air yang membasahi dirinya.

Air mata Irma seakan mengalir begitu saja tanpa bisa dibendung, sekalipun beruang kali menyekatnya.

"Renata nggak papa 'kok, Ma."

Tak ingin membagi luka Renata tak menunjukkan rasa sakitnya yang teramat dalam, biarlah luka hanya di tanggung sendiri tanpa ingin membagi walaupun hanya secuil saja.

Sayangnya Irma tak percaya sama sekali, apapun yang di katakan oleh Renata tak akan mampu mengubah pandangannya terhadap Zidan.

Mata kepalanya menyaksikan sendiri, bagaimana mungkin ada alasan lagi setelahnya.

Konyol.

"Mama jangan menangis lagi, Renata baik-baik saja," berulangkali Renata mencoba meyakinkan Irma, sayangnya air mata pilu meratapi nasib putrinya tak pernah bisa be
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo