Início / Romansa / Istri Gelap Tuan Arrogant / Capítulo 611 - Capítulo 620
Todos os capítulos do Istri Gelap Tuan Arrogant: Capítulo 611 - Capítulo 620
674 chapters
Bab 608
Fikri bisa tahu jika saat ini pikiran Tama sedang melayang jauh, singkatnya menebak apa yang ada di pikirkan oleh Tama, yaitu Nada.Susah pasti otak suda kesepian itu tak jauh dari ranjang dengan sawah kecil yang akan dia garap dalam waktu dekat ini.Rasanya Fikri semakin bersemangat untuk membuat Tama sedikit tersiksa, anggap saja itu sebagai ucapan selamat datang sebagai anggota keluarga dari Fikri.Membuatnya pun berinisiatif untuk memberikan sedikit pelajaran yang cukup baik.Yaitu menginjak kaki Tama di bawah meja sana.Tama yang sedang larut dalam lamunannya pun tersentak, karena ada rasa sakit yang bercampur juga."Akh!" Tama pun menahan suaranya, kemudian melihat sekiranya.Bagaimana pun dirinya harus memiliki harga diri di hadapan Adam dan juga Kinanti, sebab selama ini Tama terkenal dengan kehebatannya dalam berbisnis.Seorang pebisnis hebat, pemimpin perusahaan bahkan memiliki anak perusahaan yang tersebar di beberapa daerah sampai ada yang diluar negeri."Kamu kenapa?" tan
Ler mais
Bab 609
Tidak ada sesuatu yang menonjol, bahkan Nada hanya mengunakan dress panjang berwarna abu-abu.Begitu pun juga dengan Tama yang hanya menggunakan kemeja berwarna merah berpadu dengan celana yang berwarna hitam.Pakaian yang sebelumnya telah dia pakai, tanpa berganti pakaian yang lebih baik.Karena, saat ini yang penting pernikahan mereka sudah sah dan itu saja sudah cukup di mata keluarga.Kemudian setelah beberapa saksi di datangkan, termasuk dari pihak-pihak yang berwajib di kompleks tersebut akhirnya pernikahan pun berlangsung, Nada dan Tama pun kembali menjadi pasangan suami istri.Hingga Nada pun mencium punggung tangan Tama, begitu juga sebaliknya Tama mencium kening Nada.Sarah yang duduk di samping Dava pun mengulurkan tangannya pada Dava.Membuat Dava bingung dengan wanita aneh itu."Huus!" Sarah pun menyentuh lengan Dava, sebab pria itu tidak mengerti sama sekali "tangannya Pak," kata Sarah yang kesal karena Dava masih saja bingung."Tangan?" tanya Dava.Sarah pun mengangguk
Ler mais
Bab 610
Tama pun masuk ke dalam kamar setelah semuanya membubarkan diri. Sebab, acara pun memang sudah selesai.Nada bahkan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul.02:00 dini hari."Ya ampun Mas, pantesan ngantuk banget. Ternyata udah jam segini," kata Nada.Nada pun langsung melempar tubuhnya pada ranjang, bahkan tanpa berganti pakaian sama sekali.Sesaat kemudian terdengar suara ketukan pintu, akhirnya dengan perasaan malas Nada pun kembali bangkit lagi.Kemudian membuka pintu, tampak Kinanti di sana."Nada, sepertinya Amanda haus. Kamu kasih asi ya, soalnya dia masih demam, walaupun sudah tidak setinggi sore tadi.""Ya Bunda," Nada pun mengambil alih baby Amanda, kemudian duduk di atas ranjang sambil menyandarkan tubuhnya.Sedangkan baby Amanda meminum asi dengan lahapnya.Membuat kepala Tama pusing melihatnya, karena dirinya hanya bisa menjadi penonton saja.Hingga otak Tama pun teringat akan sesuatu hal, dirinya pun melihat tempat tidur dengan penuh keseriusan.Memastikan tidak ada y
Ler mais
Bab 611
"Mas, apa sekarang ini seleranya? Ya ampun Mas, daleman kita sama Nada juga punya yang model begini.""CK!" Tama pun menggaruk kepalanya karena Nada yang tampaknya tak pernah bisa puas menertawakan dirinya saat ini."Mas, masih laki-laki tulen kan? Jangan bilang sekarang sudah sedikit berbelok!" tebak Nada di sela-sela tawanya yang terus saja menggelegar."Enak aja, ini gara-gara kamu tau!""Kok Nada?" Nada pun bingung sambil bertanya dan menghentikan tawanya, namun saat matanya melihat ke bawah lagi-lagi tawa itu muncul begitu saja.Bahkan ada yang menonjol di sana, membuatnya semakin merasa lucu tak terkira.Padahal biasanya Tama begitu gagah dan membuatnya menjadi tak bisa mengendalikan dirinya.Tapi kali ini Tama sangat berbeda sekali."Sepertinya ada banyak perubahan dari Mas setelah semuanya berlalu," ujar Nada lagi."Sayang, kamu lupa sebelumnya nyuruh Mas buat bersihin badan? Ya, sudah. Mas, pikir itu adalah hal yang baik, setelah selesai ternyata kamu ketiduran, Mas nggak pun
Ler mais
Bab 612
Tama pun akhirnya bergabung dengan yang lainnya, tampak tak ada yang memulai sarapan pagi mereka karena menunggu Tama.Itu adalah keinginan Kinanti, untuk pagi ini. Agar Tama juga bisa ikut makan bersama."Bos besar sudah datang," kesal Fikri sebab membuatnya lama menunggu padahal dirinya sudah ingin sarapan sejak tadi."Ayo kita mulai sarapan pagi ini," Kinanti pun akhirnya mempersilahkan semuanya untuk sarapan pagi."Nada mana?" tanya Diva."Aku di sini," jawab Nada yang sudah muncul.Namun, siapa pun yang melihat Nada pasti akan melihat tengkuknya memerah.Begitu juga dengan Diva, dirinya tahu itu bekas apa.Sedangkan Nada tak mengetahui apapun sama sekali, karena dirinya tidak menyadari saat tadi Tama sempat mengigit tengkuknya.Namun, yang lainya hanya bisa diam saja. Sebab ada Adam.Tapi percayalah setelah Adam menyelesaikan sarapan paginya akan ada kata-kata yang keluar dari bibir yang lainya.Hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, Adam selesai dengan sarapan paginya da
Ler mais
Bab 613
"Mas?""Sayang, Kakak mu itu yang salah!""Kakak ku?" tanya Nada semakin emosi menjadi-jadi emosinya, "dia juga jadi Kakak kamu, karena sudah menikahi aku!" papar Nada."Adik ipar minta maaf pada Kakak mu ini, apa yang dikatakan oleh istri mu itu benar," kata Fikri merasa dirinya ada di atas angin."Enak aja!" Tama tak mau sampai saat ini pun juga meminta maaf pada Fikri."Kakak juga boleh minta maaf pada adiknya," kata Mentari.Membuat senyuman di bibir Fikri seketika itu langsung memudar seketika."Tari, sini deh," Nada pun membisikan sesuatu pada Mentari.Setelah itu Mentari pun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nada barusan.Sedangkan Tama dan Fikri malah merasa horor saat mendapatkan tatapan tajam dari istri mereka masing-masing."Apa yang sedang mereka pikirkan?" tanya Fikri pada Tama."Mana aku tahu tolol!" jawab Tama dengan ketus."Kau mengatakan aku tolol?" Fikri pun langsung melayangkan bogem tepat pada perut Tama, rasanya begitu menjengkelkan mendengar apa ya
Ler mais
Bab 614
Tama dan Fikri pun masih terkunci di dalam kamar mandi, sebenarnya keduanya bisa saja merusak pintu kemudian terbebas.Hanya saja tidak ada yang berani melakukan hal itu. Sebab, takut pada masing-masing istri mereka.Hingga akhirnya keduanya pun saling melihat satu sama lainnya."Itu kolor kok warnanya pink?" tanya Tama.Keduanya hanya mengunakan celana dalam pendek saja, sebab istri mereka masing-masing yang melepaskan pakaian mereka dan entah apa maksudnya.Sudah mengunci di dalam kamar mandi, berdua saja. Kemudian hanya dengan kolor saja."Kau yang seharusnya di pertanyakan, apa masih memakai dalaman istri mu?" tanya Fikri yang tak mau kalah.Masalah celana kolornya berwarna pink itu karena demi menyenangkan hati Mentari, itu pun hasil dari pilihan istrinya.Sehingga Tidak mungkin Fikri menolaknya."Tapi, kau harus tau rasanya memakai dalaman istri itu seperti apa."Tama pun merasa memiliki ide untuk membuat Fikri melakukan apa yang dilakukan oleh dirinya.Sehingga yang menjadi bah
Ler mais
Bab 615
Dava masih saja berdiam diri di tempatnya, melihat dua orang yang hanya menggunakan kolor."Kamu jangan mikirin aku ini nggak normal!" Fikri pun memegang tangan Dava.Membuat Dava melihat tangan Fikri, dengan segera Fikri pun melepaskan setelah menyadari apa yang dia lakukan.Dirinya semakin takut jika Dava semakin yakin dengan dirinya yang sudah berbelok dan Dava pun memutuskan untuk pergi dari sana."Ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung," gumam Dava.Bahkan rasa sesak ingin buang air kecil pun sudah hilang dengan begitu saja, siapa lagi penyebabnya jika bukan Fikri dan juga Tama.Membuat Mentari dan Nada pun memutuskan untuk pergi juga."Sayang, apa Abang sudah bisa pergi dari sini?" tanya Fikri."Nada, apa Mas juga bisa pergi dari sini?" Tama pun ikut bertanya pada istrinya."Terserah kalian berdua saja, mungkin kalian masih betah berduaan di sana. Tidak usah pergi," jawab Mentari."Mana tahu mau mesra-mesraan dulu di sana," tambah Nada yang diangguki oleh Mentari.Kemudia
Ler mais
Bab 616
Sedangkan Tama dan Nada kini juga sudah berada di kamar, sesaat setelah memakai pakaiannya Tama pun langsung memeluk Nada."Kamu tega sekali, kenapa mengurung Mas dan Fikri di kamar mandi. Bunda kan jadi mikir kalau kami tidak normal.""Salah sendiri, berantem mulu, kalian berdua itu seperti anak kecil tau Mas. Mungkin juga seperti kucing dan tikus!""Kok malah nyamain sama hewan?""Itu perumpamaan, ribut mulu deh, nggak sama istri, nggak sama Kak Fikri. Mendingan ke kantor sana. Nada pusing ribut-ribut!" Nada yang kesal pun menyuruh Tama untuk segera berangkat ke kantor agar tidak berdebat terus-menerus."Sayang, maaf. Mas, lagi males ngantor. Lagian ini udah siang banget."Tama merasa dirinya tidak ingin berjauhan dari Nada, sehingga dirinya akan menolak untuk pergi bekerja.Seribu alasan pun dipersiapkan untuk menghindari pergi bekerja."Kita tiduran aja yuk," kata Tama."Tiduran?""Iya, ngantuk banget. Soalnya semalem kita tidurnya lama, keburu pagi juga kan?" Nada pun mengangguk
Ler mais
Bab 617
Layaknya seorang pengantin baru pada umumnya, tapi sedikit berbeda dengan kali ini. Karena, mungkin tepatnya pengantin baru menikah lagi setelah bercerai.Akan tetapi tidak membuat keduanya menjadi lebih menutup diri, karena terlalu banyaknya masalah yang terjadi membuat keduanya banyak belajar.Salah satunya adalah terbuka pada pasangan, atau tepatnya sama-sama terbuka tanpa sehelai benang pun.Itu adalah contoh gilanya, menepikan sejenak kata gila. Kini Nada dan Tama pun saling pandang, tersenyum dengan penuh bahagia yang tak dapat di tutupi.Setelah sekian purnama berpisah kini bisa bersatu kembali, bukan hanya bersatu kembali.Tepatnya bisa saling menyatu kembali seperti sebelumnya hingga melahirkan seorang putri cantik dari hasil karya keduanya."Kamu makin cantik saja," kata Tama.Nada yang berada di bawah tubuh Tama pun tersenyum, perlahan tangannya mulai melingkar di leher Tama."Benarkan?""Iya.""Berarti mata Mas masih belum rabun," celetuk Nada."Kenapa begitu?""Kan, Nada
Ler mais