"Mas?""Sayang, Kakak mu itu yang salah!""Kakak ku?" tanya Nada semakin emosi menjadi-jadi emosinya, "dia juga jadi Kakak kamu, karena sudah menikahi aku!" papar Nada."Adik ipar minta maaf pada Kakak mu ini, apa yang dikatakan oleh istri mu itu benar," kata Fikri merasa dirinya ada di atas angin."Enak aja!" Tama tak mau sampai saat ini pun juga meminta maaf pada Fikri."Kakak juga boleh minta maaf pada adiknya," kata Mentari.Membuat senyuman di bibir Fikri seketika itu langsung memudar seketika."Tari, sini deh," Nada pun membisikan sesuatu pada Mentari.Setelah itu Mentari pun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nada barusan.Sedangkan Tama dan Fikri malah merasa horor saat mendapatkan tatapan tajam dari istri mereka masing-masing."Apa yang sedang mereka pikirkan?" tanya Fikri pada Tama."Mana aku tahu tolol!" jawab Tama dengan ketus."Kau mengatakan aku tolol?" Fikri pun langsung melayangkan bogem tepat pada perut Tama, rasanya begitu menjengkelkan mendengar apa ya
Tama dan Fikri pun masih terkunci di dalam kamar mandi, sebenarnya keduanya bisa saja merusak pintu kemudian terbebas.Hanya saja tidak ada yang berani melakukan hal itu. Sebab, takut pada masing-masing istri mereka.Hingga akhirnya keduanya pun saling melihat satu sama lainnya."Itu kolor kok warnanya pink?" tanya Tama.Keduanya hanya mengunakan celana dalam pendek saja, sebab istri mereka masing-masing yang melepaskan pakaian mereka dan entah apa maksudnya.Sudah mengunci di dalam kamar mandi, berdua saja. Kemudian hanya dengan kolor saja."Kau yang seharusnya di pertanyakan, apa masih memakai dalaman istri mu?" tanya Fikri yang tak mau kalah.Masalah celana kolornya berwarna pink itu karena demi menyenangkan hati Mentari, itu pun hasil dari pilihan istrinya.Sehingga Tidak mungkin Fikri menolaknya."Tapi, kau harus tau rasanya memakai dalaman istri itu seperti apa."Tama pun merasa memiliki ide untuk membuat Fikri melakukan apa yang dilakukan oleh dirinya.Sehingga yang menjadi bah
Dava masih saja berdiam diri di tempatnya, melihat dua orang yang hanya menggunakan kolor."Kamu jangan mikirin aku ini nggak normal!" Fikri pun memegang tangan Dava.Membuat Dava melihat tangan Fikri, dengan segera Fikri pun melepaskan setelah menyadari apa yang dia lakukan.Dirinya semakin takut jika Dava semakin yakin dengan dirinya yang sudah berbelok dan Dava pun memutuskan untuk pergi dari sana."Ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung," gumam Dava.Bahkan rasa sesak ingin buang air kecil pun sudah hilang dengan begitu saja, siapa lagi penyebabnya jika bukan Fikri dan juga Tama.Membuat Mentari dan Nada pun memutuskan untuk pergi juga."Sayang, apa Abang sudah bisa pergi dari sini?" tanya Fikri."Nada, apa Mas juga bisa pergi dari sini?" Tama pun ikut bertanya pada istrinya."Terserah kalian berdua saja, mungkin kalian masih betah berduaan di sana. Tidak usah pergi," jawab Mentari."Mana tahu mau mesra-mesraan dulu di sana," tambah Nada yang diangguki oleh Mentari.Kemudia
Sedangkan Tama dan Nada kini juga sudah berada di kamar, sesaat setelah memakai pakaiannya Tama pun langsung memeluk Nada."Kamu tega sekali, kenapa mengurung Mas dan Fikri di kamar mandi. Bunda kan jadi mikir kalau kami tidak normal.""Salah sendiri, berantem mulu, kalian berdua itu seperti anak kecil tau Mas. Mungkin juga seperti kucing dan tikus!""Kok malah nyamain sama hewan?""Itu perumpamaan, ribut mulu deh, nggak sama istri, nggak sama Kak Fikri. Mendingan ke kantor sana. Nada pusing ribut-ribut!" Nada yang kesal pun menyuruh Tama untuk segera berangkat ke kantor agar tidak berdebat terus-menerus."Sayang, maaf. Mas, lagi males ngantor. Lagian ini udah siang banget."Tama merasa dirinya tidak ingin berjauhan dari Nada, sehingga dirinya akan menolak untuk pergi bekerja.Seribu alasan pun dipersiapkan untuk menghindari pergi bekerja."Kita tiduran aja yuk," kata Tama."Tiduran?""Iya, ngantuk banget. Soalnya semalem kita tidurnya lama, keburu pagi juga kan?" Nada pun mengangguk
Layaknya seorang pengantin baru pada umumnya, tapi sedikit berbeda dengan kali ini. Karena, mungkin tepatnya pengantin baru menikah lagi setelah bercerai.Akan tetapi tidak membuat keduanya menjadi lebih menutup diri, karena terlalu banyaknya masalah yang terjadi membuat keduanya banyak belajar.Salah satunya adalah terbuka pada pasangan, atau tepatnya sama-sama terbuka tanpa sehelai benang pun.Itu adalah contoh gilanya, menepikan sejenak kata gila. Kini Nada dan Tama pun saling pandang, tersenyum dengan penuh bahagia yang tak dapat di tutupi.Setelah sekian purnama berpisah kini bisa bersatu kembali, bukan hanya bersatu kembali.Tepatnya bisa saling menyatu kembali seperti sebelumnya hingga melahirkan seorang putri cantik dari hasil karya keduanya."Kamu makin cantik saja," kata Tama.Nada yang berada di bawah tubuh Tama pun tersenyum, perlahan tangannya mulai melingkar di leher Tama."Benarkan?""Iya.""Berarti mata Mas masih belum rabun," celetuk Nada."Kenapa begitu?""Kan, Nada
"Sayang berhasil," kata Tama sesampainya di kamar.Nada pun meletakkan satu jarinya di bibir, meminta Tama untuk tidak bersuara.Karena, baby Amanda baru saja terlelap."Sssstttt!"Tama pun mengangguk karena mengerti dengan maksud Nada, perlahan dia pun menutup pintu dan tidak lupa menguncinya.Sesaat kemudian Tama pun berjalan ke arah Nada.Langkah kakinya tampak begitu pelan, berharap tak menimbulkan suara."Sayang ini.""Mas, suaranya," kata Nada lagi yang memperingati Tama."Hehe," Tama pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sadar akan kebodohannya sendiri."Mana?" Nada pun memintanya dari Tama."Ini, cepat minum," kata Tama dengan penuh semangat.Nada pun menelannya, kemudian dirinya tiba-tiba mencari tahu berapa lama waktu untuk obat itu mulai bekerja di ponselnya."Jenis pil KB ini akan bekerja untuk mencegah kehamilan setelah 48 jam (dua hari) setelah Anda meminumnya. Pakailah alat kontrasepsi, seperti kondom, bila Anda berhubungan seks pada dua hari pertama. Hal ini juga d
Sesaat kemudian Sarah pun muncul dan melihat ada banyak sekali benda kecil bertaburan di lantai."Ini apa? Tisu?" tanya Sarah pada dirinya sendiri.Sarah pun membukanya, kemudian bingung dengan benda tersebut."Sepertinya ini balon," tebak Sarah, "punya siapa ya?" Sarah melihat sekelilingnya tidak ada orang, hingga akhirnya memungut semuanya karena bisa membagikannya pada anak kecil yang bermain di jalanan saat pulang nanti.Benar saja, saat perjalanan pulang menuju rumah Sarah benar-benar menepikan sepeda motornya sejenak ketika bertemu dengan anak kecil di jalanan.Sarah pun membagikannya, senyuman di bibir anak-anak itu membuatnya ikut merasakan kebahagiaan yang tidak terkira.Sedangkan dirinya juga menyisakan beberapa buah dan meniupnya seperti balon."Balon, anti pecah ini. Bagus sekali bahannya, nggak kaya balon biasanya," kata Sarah dengan bodohnya.Yang dia tahu begitu bahagia bisa berbagi pada anak-anak yang ada di pinggir jalan.Bahkan anak-anak itu pun tampak kegirangan saa
Sedangkan di tempat lainnya banyak anak-anak yang dimarahi oleh orang tua mereka, penyebabnya adalah anak-anak mereka meniup balon yang diberikan oleh Sarah.Orang-orang tua itu begitu terkejut melihat mainan anak-anak mereka yang terbilang cukup ekstrim itu.Dan asal benda itu adalah karena Tama, lantas bagaimana dengan keadaan pria itu saat ini.Wajahnya tampak lesu menahan kesedihan bercampur dengan rasa malu."Mas," Nada pun duduk di samping Tama.Setelah menidurkan putri cantik mereka. Wajah suaminya itu tampak tidak bersemangat karena mengingat kejadian beberapa saat lalu."Aduh Mas malu sekali, malunya nggak tanggung banget. Betul-betul malu sekali," Tama tak dapat meluapkan perasaannya saat ini, tapi apa yang dia rasakan tentu begitu terasa menyiksa diri."Gimana bisa Ayah yang menerima kondomnya?" Lagi-lagi Tama tidak habis pikir akan itu semua.Tidak pernah bermimpi akan dipandang sebagai menantu memalukan namun sepertinya kini itulah yang terjadi.Bagaimana selanjutnya saat