Bab 440. Yang Besar Itu Menantang
Aku mengikuti Papi yang terlihat bersemangat. Mama bertanya, katanya ini urusan laki-laki.

"Bilang saja kangen," sahut Mama sambil tertawa dan membiarkan kami pergi.

"Ada apa, Pi? Ada yang ketinggalan?" tanyaku saat langkahnya berhenti.

Dia membalikkan badan dan menghampiri aku yang tiga langkah di belakangnya.

"Kalau jalan dengan Papi jangan di belakang. Sini!" ucapnya sambil merangkul pundak ini. Kami berjalan beriringan seperti bapak dan anak.

Ya, itu yang aku rasakan. Papi Kusuma walaupun ayah tiri, tetapi memperlakukan tidak dengan batasan. Perlakuan dari Papa Bram yang sudah tidak lagi aku dapatkan.

Terkesan cengeng, tapi aku yakin semua anak lelaki seusia berapapun, pasti merindukan seperti saat ini.

"Kita mau apa dulu?" tanya Papi setelah kami di atas. Rofttop dengan bentukan sederhana tetapi asri. Angin semilir terasa sejuk menyelinap di sela tanaman gantung.

Aku duduk di kursi kayu, mengeluarkan kotak catur dan menyusun bidak. Sedangkan Papi mengambil minuman dingin yang suda
Astika Buana

semangat selalu, ya.

| 1
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo