Bab 340. Pembohong

Sering aku merasa apa yang aku katakan diabaikan. Bahkan sering kali aku mendapati dia berbohong. Sebegitu tidak kuatkan aku di matanya?

Seperti tadi. Aku terbangun dan mendapati dia menunaikan ibadah malam. Dengan penerangan lampu tidur, aku mendapati Maharani menengadahkan tangan memanjatkan doa. Dalam keheningan, tertangkap isakan tangis yang tertahan. Mata ini aku picingkan, walaupun tidak terlihat jelas, aku yakin dia menanggis.

“Mas Suma. Sudah bangun? Masih satu jam lagi adzan. Tidur saja lagi. Mas Suma harus jaga kesehatan,” ucapnya sambil melipat mukenah dan merapikan sajadah.

Aku mengernyit, bukankah kami tadi bersamaan beranjak dari menunggu Mami? Kalau aku mengantuk dan memerlukan tidur, bukankan dia seharusnya demikian? Begitu juga, kalau aku harus menjaga kesehatan, seharusnya dia juga, kan?

“Kamu tidak mengantuk? Nanti kamu sakit.”

“Tidak. Aku sudah tidur sebentar tadi. Sudah cukup. Biar aku yang menjaga Mami, ” ucapnya kemudian beranjak keluar dari ruang tidur khusus p
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo