Bab 200. Menyerah?

Sesaat kami saling pandang dengan menajamkan mata. Kami seperti dua kucing betina yang siap menerkam untuk menunjukkan ketajaman cakar yang mulai gatal.

Wajahnya yang putih mulai mengeras. Kedua alis matanya pun mulai bertaut. Namun, aku sambut dengan senyuman dan kedipan mata.

Bukankah ini perlawanan yang elegan? Membuat lawan menyerah pada kekesalan, hanya dengan senyuman?

“Bu Rani.”

Suara pelan Claudia mengingatkan aku pada permintaannya tadi. Ada nada kekawatiran di sana. Pasti dia takut kami berakhir dengan saling menjambak rambut dan membuat berantakan tempatnya yang tenang ini.

Seketika tercetus ide, aku mengurungkan niat untuk menangguhkan perawatan berikutnya. Menghadapi Catherine tidak cukup dengan menegangkan otak, tetapi harus dengan kehalusan juga. Terutama untuk mengikat lebih erat suamiku dan mematahkan pikirannya kalau suamiku sudah bosan denganku. Aku harus memanfaatkan nama Mas Suma untuk membuatnya menyerah.

Bukankah itu yang menjadi incarannya, sampai dia bersikap
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo