Bab 125. Pesan Tengah Malam

"Kenapa? Biasanya dia selalu ngalah sama kamu?" tanyanya heran.

"Dia ngompori aku tentang pameran Maison O yang di Paris itu," ucapku mengadu. Mas Suma malah tertawa melihatku.

"Rani ... Rani, baru kali ini aku melihatmu seperti Amelia kalau ngambek. Kamu ingin sekali ke sana?" tanya Mas Suma menarikku di sofa.

"E ... tidak, Mas Suma. Jauh, dan aku belum pernah ke sana. Apalagi ada Baby Anind yang masih ASI," ucapku berusaha tersenyum normal.

"Iya, aku percaya. Kita beli makan, yuk. Buat buka puasa! Kamu ingin makan apa? Lontong kikil, mau?" ucap Mas Suma.

Kesalku berangsur berkurang terganti rasa lontong kikil yang sudah terbayang. Ditambah sambal dan perasan jeruk nipis. Hhmmm, sedap.

Sejenak aku lupa Maison O, aku lihat kesamping, Mas Suma sudah tersenyum seakan tahu apa yang aku pikirkan.

"Kelihatan jelas?"

"Apanya?"

"Yang ada disini," tunjukku ke kepala.

"Oo, ngiler soto kikil atau Maison O?" ungkapnya memperlebar senyuman di wajahnya.

Tuh, kan!

***

Setelah membeli makan untuk
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo