Bab 115. Emosi yang Terpatik

Aku kunci pintu. Sekarang juga, masalah ini harus diselesaikan. Pasti gara-gara foto ini dia marah. Kenapa tidak bertanya kepadaku saja?

Mas Suma kumat ngambeknya, seperti dulu. Aku pikir dia sudah tidak terlalu menaruh curiga, ternyata tidak. Dia masih termakan dengan ulah orang usil ini.

"Mas .... Mas Suma…." Badannya aku goyang pelan, tidak bergerak sedikitpun. Mungkin karena begadang, tidurnya begitu lelap.

"Mas .... Mas Suma," bisikku di telinganya sambil kucium pipinya berkali-kali.

Dia menggeliat, mengercapkan mata dan tersenyum. Tangannya diangkat akan memelukku, tetapi terhenti dan diturunkannya. Dia membalikkan badan memunggungiku.

Fix, dia marah besar. Kumat cemburuannya.

"Mas Suma marah karena ini?" Aku tunjukkan foto-foto yang ada di tanganku. Dia tersentak dan menatapku dengan kesal. Seperti banyak yang akan dilontarkan tetapi tidak tahu mana yang didahulukan. Diam dan kembali posisi semula.

Sabar dan cooling down.

Aku tarik napas dalam-dalam. Ada rasa kesal di hatiku,
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo