Hari-hari Tama terus saja berkunjung menemui Nada dan juga Amanda, membuat Fikri merasa kesal bukan main.Sebab, dalam satu harinya bisa tiga kali Tama berkunjung ke sana."Aku sudah bosan melihat wajahmu itu yang selalu datang ke rumah ku ini, apa kau tidak punya malu?" tanya Fikri yang langsung menghampiri Tama.Padahal Tama baru saja sampai dan turun dari mobilnya."Tidak, karena kau itu adalah kakak ipar tercinta ku," jawab Tama dengan konyolnya.Dirinya sendiri juga bingung mengapa bisa seperti ini, namun dirinya benar-benar tak bisa jika sehari tanpa melihat Nada.Terutama putrinya yang begitu menggemaskan itu."Menjijikkan!""Jangan marah-marah, nanti kau suka pada ku!" kata Tama lagi menggoda Fikri.Membuat Fikri pun merasa kesal, ulah Tama memang sangat menjijikkan."Huuueekkk," tiba-tiba saja Mentari muncul, namun dirinya mendadak merasakan mual yang begitu luar biasa.Perlahan Mentari turun dari mobilnya sambil memegang kepalanya yang terasa pusing, beruntung bisa sampai di
Sedangkan di kamar lainnya Nada tampaknya begitu panik karena suhu panas baby Amanda semakin tinggi."Sarah, Panggilkan Bunda, atau Mentari, ya," pinta Nada.Dengan segera Sarah pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Nada, mencari Kinanti.Namun, saat di ruang tengah malah bertemu dengan Tama."Tunggu," Tama pun menghentikan langkah kaki Sarah."Ya Om?" tanya Sarah."Nada di mana?""Di kamar, Amanda sedang demam. Demamnya tinggi, Sarah cari Tante Kinanti dulu ya Om, kasihan Amanda," Sarah pun segera mencari keberadaan Kinanti.Sedangkan Tama merasa khawatir mendengar apa yang dikatakan oleh Sarah barusan.Dengan segera menuju kamar Nada, dirinya tidak berpikir seharusnya tidak melakukan itu.Karena, terlalu khawatir akan keadaan putri tercintanya."Mas?" Tama pun melihat Tama yang berada di ambang pintu yang terbuka lebar.Namun, Tama hanya berdiri sampai di sana. Karena tak ingin sampai ada yang memikirkan hal buruk jika menemukan mereka hanya berdua saja."Apa dia baik-baik saja?
Fikri bisa tahu jika saat ini pikiran Tama sedang melayang jauh, singkatnya menebak apa yang ada di pikirkan oleh Tama, yaitu Nada.Susah pasti otak suda kesepian itu tak jauh dari ranjang dengan sawah kecil yang akan dia garap dalam waktu dekat ini.Rasanya Fikri semakin bersemangat untuk membuat Tama sedikit tersiksa, anggap saja itu sebagai ucapan selamat datang sebagai anggota keluarga dari Fikri.Membuatnya pun berinisiatif untuk memberikan sedikit pelajaran yang cukup baik.Yaitu menginjak kaki Tama di bawah meja sana.Tama yang sedang larut dalam lamunannya pun tersentak, karena ada rasa sakit yang bercampur juga."Akh!" Tama pun menahan suaranya, kemudian melihat sekiranya.Bagaimana pun dirinya harus memiliki harga diri di hadapan Adam dan juga Kinanti, sebab selama ini Tama terkenal dengan kehebatannya dalam berbisnis.Seorang pebisnis hebat, pemimpin perusahaan bahkan memiliki anak perusahaan yang tersebar di beberapa daerah sampai ada yang diluar negeri."Kamu kenapa?" tan
Tidak ada sesuatu yang menonjol, bahkan Nada hanya mengunakan dress panjang berwarna abu-abu.Begitu pun juga dengan Tama yang hanya menggunakan kemeja berwarna merah berpadu dengan celana yang berwarna hitam.Pakaian yang sebelumnya telah dia pakai, tanpa berganti pakaian yang lebih baik.Karena, saat ini yang penting pernikahan mereka sudah sah dan itu saja sudah cukup di mata keluarga.Kemudian setelah beberapa saksi di datangkan, termasuk dari pihak-pihak yang berwajib di kompleks tersebut akhirnya pernikahan pun berlangsung, Nada dan Tama pun kembali menjadi pasangan suami istri.Hingga Nada pun mencium punggung tangan Tama, begitu juga sebaliknya Tama mencium kening Nada.Sarah yang duduk di samping Dava pun mengulurkan tangannya pada Dava.Membuat Dava bingung dengan wanita aneh itu."Huus!" Sarah pun menyentuh lengan Dava, sebab pria itu tidak mengerti sama sekali "tangannya Pak," kata Sarah yang kesal karena Dava masih saja bingung."Tangan?" tanya Dava.Sarah pun mengangguk
Tama pun masuk ke dalam kamar setelah semuanya membubarkan diri. Sebab, acara pun memang sudah selesai.Nada bahkan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul.02:00 dini hari."Ya ampun Mas, pantesan ngantuk banget. Ternyata udah jam segini," kata Nada.Nada pun langsung melempar tubuhnya pada ranjang, bahkan tanpa berganti pakaian sama sekali.Sesaat kemudian terdengar suara ketukan pintu, akhirnya dengan perasaan malas Nada pun kembali bangkit lagi.Kemudian membuka pintu, tampak Kinanti di sana."Nada, sepertinya Amanda haus. Kamu kasih asi ya, soalnya dia masih demam, walaupun sudah tidak setinggi sore tadi.""Ya Bunda," Nada pun mengambil alih baby Amanda, kemudian duduk di atas ranjang sambil menyandarkan tubuhnya.Sedangkan baby Amanda meminum asi dengan lahapnya.Membuat kepala Tama pusing melihatnya, karena dirinya hanya bisa menjadi penonton saja.Hingga otak Tama pun teringat akan sesuatu hal, dirinya pun melihat tempat tidur dengan penuh keseriusan.Memastikan tidak ada y
"Mas, apa sekarang ini seleranya? Ya ampun Mas, daleman kita sama Nada juga punya yang model begini.""CK!" Tama pun menggaruk kepalanya karena Nada yang tampaknya tak pernah bisa puas menertawakan dirinya saat ini."Mas, masih laki-laki tulen kan? Jangan bilang sekarang sudah sedikit berbelok!" tebak Nada di sela-sela tawanya yang terus saja menggelegar."Enak aja, ini gara-gara kamu tau!""Kok Nada?" Nada pun bingung sambil bertanya dan menghentikan tawanya, namun saat matanya melihat ke bawah lagi-lagi tawa itu muncul begitu saja.Bahkan ada yang menonjol di sana, membuatnya semakin merasa lucu tak terkira.Padahal biasanya Tama begitu gagah dan membuatnya menjadi tak bisa mengendalikan dirinya.Tapi kali ini Tama sangat berbeda sekali."Sepertinya ada banyak perubahan dari Mas setelah semuanya berlalu," ujar Nada lagi."Sayang, kamu lupa sebelumnya nyuruh Mas buat bersihin badan? Ya, sudah. Mas, pikir itu adalah hal yang baik, setelah selesai ternyata kamu ketiduran, Mas nggak pun
Tama pun akhirnya bergabung dengan yang lainnya, tampak tak ada yang memulai sarapan pagi mereka karena menunggu Tama.Itu adalah keinginan Kinanti, untuk pagi ini. Agar Tama juga bisa ikut makan bersama."Bos besar sudah datang," kesal Fikri sebab membuatnya lama menunggu padahal dirinya sudah ingin sarapan sejak tadi."Ayo kita mulai sarapan pagi ini," Kinanti pun akhirnya mempersilahkan semuanya untuk sarapan pagi."Nada mana?" tanya Diva."Aku di sini," jawab Nada yang sudah muncul.Namun, siapa pun yang melihat Nada pasti akan melihat tengkuknya memerah.Begitu juga dengan Diva, dirinya tahu itu bekas apa.Sedangkan Nada tak mengetahui apapun sama sekali, karena dirinya tidak menyadari saat tadi Tama sempat mengigit tengkuknya.Namun, yang lainya hanya bisa diam saja. Sebab ada Adam.Tapi percayalah setelah Adam menyelesaikan sarapan paginya akan ada kata-kata yang keluar dari bibir yang lainya.Hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, Adam selesai dengan sarapan paginya da
"Mas?""Sayang, Kakak mu itu yang salah!""Kakak ku?" tanya Nada semakin emosi menjadi-jadi emosinya, "dia juga jadi Kakak kamu, karena sudah menikahi aku!" papar Nada."Adik ipar minta maaf pada Kakak mu ini, apa yang dikatakan oleh istri mu itu benar," kata Fikri merasa dirinya ada di atas angin."Enak aja!" Tama tak mau sampai saat ini pun juga meminta maaf pada Fikri."Kakak juga boleh minta maaf pada adiknya," kata Mentari.Membuat senyuman di bibir Fikri seketika itu langsung memudar seketika."Tari, sini deh," Nada pun membisikan sesuatu pada Mentari.Setelah itu Mentari pun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Nada barusan.Sedangkan Tama dan Fikri malah merasa horor saat mendapatkan tatapan tajam dari istri mereka masing-masing."Apa yang sedang mereka pikirkan?" tanya Fikri pada Tama."Mana aku tahu tolol!" jawab Tama dengan ketus."Kau mengatakan aku tolol?" Fikri pun langsung melayangkan bogem tepat pada perut Tama, rasanya begitu menjengkelkan mendengar apa ya