"O, begitu, ya, sudah."
Setelah Mbok Sum pergi, Kinanti merasa lebih baik.Dari tadi ia menahan napas."Biasa saja," bisik Adam menyadari reaksi Kinanti saat ini."Mas, keluar sekarang!" Kinanti mendorong dada Adam, tidak ingin lebih lama lagi di kamar nya yang hanya membuat nya bisa mati berdiri.Sedangkan Adam malah membaringkan tubuhnya dan ikut menarik Kinanti untuk berbaring di samping nya."Nanti saja, Mas pengen peluk perut kamu," Adam kini kembali mengusap perut Kinanti dengan, setengah duduk bahkan mengecup hingga beberapa kali.Kinanti kembali menarik tubuhnya untuk duduk, kemudian mendorong Adam agar segera pergi.Bukan Kinanti tidak ingin tetapi, ia sangat takut ada yang memergoki mereka.Sebenarnya tidak salah, status nya adalah istri Adam juga hanya saja, tidak ada yang tahu selain Serena sahabat Kinanti mengenai pernikahan rahasia tersebut.Kinanti lagi-lagi tidak siap jika Sarah"Kenapa kau mengambil keputusan ini Kinanti?" Adam tidak mengerti dengan jalan pikiran Kinanti, mengapa bisa-bisa nya menceritakan tentang pernikahan mereka pada orang lain.Kinanti menarik napas dengan berat, tahu akan perasaan Adam saat ini."Tidak usah takut Mas, tidak akan ada yang tahu selain dia," Kinanti berusaha meyakinkan Adam, sekalipun hati begitu sakit.Adam sebenarnya masih ragu, bagaimana bisa Serena menutup mulutnya dengan rapat tanpa memberitahu pada siapapun pun.Jika saja ini sampai di telinga sahabat nya Zidan, maka sudah pasti Renata akan tahu sebab, Zidan dan Renata juga saling mengenal bahkan sangat dekat.Menimbang dirinya, Renata, dan Zidan adalah sahabat sejak lama.Dalam hati Adam sangat kesal pada keputusan Kinanti, mengapa tidak bisa menutup rapat pernikahan ini.Keluarga Renata dan juga keluarganya sudah memiliki ikatan bisnis sejak lama, Adam tidak ingin semua hancur karena masalah
Dering alarm pada ponsel Kinanti berbunyi, dengan segera tangannya menggapai ponsel yang tergeletak asal di atas meja nakas lalu membuat suara nya menjadi senyap.Dengan rasa malas Kinanti segera bangun, matanya menatap ranjang yang berantakan tanpa Adam di sampingnya.Kinanti tersenyum getir dengan mata yang mulai berembun, sadar hanya sebuah persinggahan bagi Adam.Setelah menghirup udara sebanyak mungkin perasaan nya mulai terasa lebih baik.Tidak ingin larut dalam luka yang tiada akhir, Kinanti lebih memilih membersikan tubuhnya.Membersikan diri dari sisa-sisa percintaan nya bersama Adam semalam hingga membuatnya lebih segar.Setelah memakai pakaian bersih, Kinanti segera keluar dari kamar.Hari ini adalah hari Minggu, artinya kegiatan nya pun tidak terlalu padat.Karena dua bocah lucu yang di rawatnya akan bermalas-malasan di hari libur.Sampai di dapur Kinanti melihat Mbok Sum, seorang kepala pel
Sebelum berangkat menuju kota tujuan Renata diminta untuk meminum jamu herbal racikan Mbok Sum terlebih dahulu.Sebenarnya dalam hati Renata sedikit bersedih, mengingat hampir dua bulan menikah tetapi sampai saat ini pun belum ada tanda-tanda kehamilan."Renata ayo di minum," Sarah menyadarkan Renata dari lamunannya mengerti akan perasaan wanita itu."Maaf ya Ma, kalau Renata belum hamil juga," tutur Renata dengan wajah murung.Seketika itu juga Sarah memeluk hangat Renata, mengusap punggungnya dengan beberapa kali."Tidak ada yang harus di pikirkan, Mama juga dulu seperti kamu, setelah hampir satu tahun baru Mama mengandung Kak Hanna," Sarah perlahan melepaskan pelukan nya dan tersenyum lembut.Renata mulai kembali tersenyum, setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Sarah membuat perasaan nya sedikit membaik."Ma, baunya."Renata ingin muntah tetapi, ia tetap menghabiskan sisa jamu di tangannya demi menghargai
Lebih dari satu jam jarak tempuh perjalanan menuju Bogor, kini akhirnya semua terasa bahagia karena, lelahnya perjalanan terbayarkan dengan keindahan alam Puncak Bogor.Villa yang diberi nama 'Hanna Sanjaya' terletak di antara kebun teh yang begitu indah, udara yang sejuk seakan menambah ketenangan bahkan membuat siapapun akan betah berlama-lama berada di sana.Kinanti mulai membuka pintu mobil, melangkah turun dengan hati-hati sambil memeluk Davina yang baru saja terbangun dari tidurnya."Kinanti, wajah kamu pucat sekali?"Sarah menyadari perubahan wajah Kinanti saat masih berada di Jakarta terlihat baik-baik saja tetapi, kini terlihat pucat.Beberapa pasang mata mulai melirik Kinanti, tidak terkecuali Adam."Nyonya, saya masuk angin, saya ingin ke toilet.""Ya sudah, kamu masuk sekarang nanti ada pekerja di dalam sana. Kamu tanya letak toilet," jawab Sarah sedikit khawatir dengan keadaan Kinanti.Dengan langka
Setelah Sarah, Renata, dan Adam keluar dari kamar yang di tempati oleh Kinanti.Tubuh lelah Kinanti tidak dapat lagi berpikir hal lainnya, dengan segera ia membaringkan tubuhnya kembali dan terlelap setelah Adam memberikan beberapa butir obat untuk di telan nya."Kinanti."Merasa ada yang mengusik tidur nya, Kinanti perlahan membuka mata dan ternyata Hanna adalah orang yang membangunkan tidur nya.Tanpa sengaja Kinanti menatap jam dinding ternyata ia sudah melewatkan waktu solat magrib, dengan segera bangun dan menatap Hanna."Bu Hanna, saya minta maaf, saya tidurnya lama banget, Davina sama Derren pasti belum makan," Kinanti merasa cemas dan takut Hanna marah padanya.Hampir 5 jam lebih Kinanti terlelap setelah menelan beberapa butir obat yang di berikan oleh Adam, bahkan Hanna membangunkan nya saat ini.Jika tidak, mungkin masih terlelap dan lupa diri dengan tugasnya."Tidak apa-apa, tadi Adam bilang efek dari
Nirwan mengusap tengkuk bagian belakangnya, menyadari kekonyolan nya."Ya udah, saya permisi dulu, Ya. Kalian cerita dulu, duduk berdua, mana tau ada kesamaan dan cocok," tutur Hanna di selingi tawa."Kinanti, kamu cantik sekali," Renata datang bersama dengan Adam di sampingnya.Perlahan Kinanti melirik Renata, tersenyum canggung karena banyaknya pujian yang terlontar dari bibir siapa saja yang melihatnya termasuk Renata."Iya dong," Hanna menimpali, "mereka cocok kan?" Hanna menunjuk Nirwan.Renata menatap pria tidak kalah tampan yang berdiri di samping Kinanti, tubuh tegap dan jambang tipis."Cocok," Renata memberikan jempol lalu, menatap Adam yang berdiri di belakang tubuh nya.Wajah dingin tanpa exspresi sama sekali, tidak tahu entah apa yang tengah di pikirkan oleh Adam saat melihat penampilan Kinanti."Sayang, mereka cocok ya," Renata bergelayut manja pada lengan Adam, menunjukan bertapa Kinanti dan Nirwan sangat sempurna.Adam masih saja diam, seolah tidak perduli sama sekali.
"Langit malam ini bagus ya, banyak bintang juga.""Iya Mas," Kinanti mengangguk sekenanya.Sesaat kemudian ada bintang jatuh, dengan segera Kinanti mengangkat tangan kedua tangannya."Kamu mau ngapain?" Nirwan bingung dengan apa yang akan di lakukan oleh Kinanti."Berdoa, katanya kalau ada bintang jatuh maka doa kita akan terkabul," jawab Kinanti dengan bahagia.Nirwan tersenyum mendengar penjelasan Kinanti,."Itu mitos.""Enggak papa, tapi kan enggak ada salahnya mencoba," jawab Kinanti lagi dengan yakin."Iya, iya," Nirwan mengangguk sambil terus menatap kagum Kinanti.Kinanti mulai memegang perutnya, tersadar belum mengisi perut sejak sore tadi membuat perut nya terasa sakit."Kamu kenapa?" Tanya Nirwan."Mas," Kinanti meringis merasa sakit tidak terkira, bahkan wajahnya mulai memuncak."Kinanti kamu kenapa?" Nirwan semakin panik, melihat keringat dingin mulai bercucuran dari tubuh Kinanti."Mas, maag aku kambuh, aku masuk dulu ya."Kinanti segera berdiri dengan sedikit menunduk s
Adam tersadar Kinanti sudah tidak lagi berada di ruangan yang sama, dengan segera kakinya melangkah keluar dan mencari keberadaan Kinanti.Dimana wanita itu.Adam tidak tahu kemana harus mencarinya, sambil berjalan mencari di sekeliling Villa, sesekali ia mengedarkan pandangannya suasana semakin sepi karena, acara peresmian Villa sudah selesai, para tamu pun sudah pulang.Adam masih berusaha menemukan keberadaan Kinanti.Dengan cepat Adam berlari ke luar dari dalam kawasan Villa berharap menemukan Kinanti.Wajah pucat, dengan air mata bercucuran dengan tubuh bergetar Kinanti masih menghantui nya.Bahkan tanpa sadar baru saja mengatakan kata kasar pada Kinanti, mengapa Adam mendadak tidak terkendali.Adam meremas rambutnya dan menuju udara seakan tengah meluapkan rasa kesal pada dirinya sendiri.Berdiri di tengah jalan yang sepi, matanya mencari keberadaan wanita rapuh yang entah kemana perginya.Tidak ingin terus berdiam diri di tengah jalan, Adam segera berlari tanpa arah mencari keb