Adam tersadar Kinanti sudah tidak lagi berada di ruangan yang sama, dengan segera kakinya melangkah keluar dan mencari keberadaan Kinanti.Dimana wanita itu.Adam tidak tahu kemana harus mencarinya, sambil berjalan mencari di sekeliling Villa, sesekali ia mengedarkan pandangannya suasana semakin sepi karena, acara peresmian Villa sudah selesai, para tamu pun sudah pulang.Adam masih berusaha menemukan keberadaan Kinanti.Dengan cepat Adam berlari ke luar dari dalam kawasan Villa berharap menemukan Kinanti.Wajah pucat, dengan air mata bercucuran dengan tubuh bergetar Kinanti masih menghantui nya.Bahkan tanpa sadar baru saja mengatakan kata kasar pada Kinanti, mengapa Adam mendadak tidak terkendali.Adam meremas rambutnya dan menuju udara seakan tengah meluapkan rasa kesal pada dirinya sendiri.Berdiri di tengah jalan yang sepi, matanya mencari keberadaan wanita rapuh yang entah kemana perginya.Tidak ingin terus berdiam diri di tengah jalan, Adam segera berlari tanpa arah mencari keb
"Kemana aku harus pulang Tuan Adam? Tidak ada yang bisa menerima ku, menopang tubuh lelah ku, mendengarkan setiap keluhan ku, mengerti akan keadaan ku ini, kalian semua hanya memandang ku sebelah mata," Kinanti tertunduk pilu, berkabut luka yang begitu dalam.Cinta pun tak mampu menopang diri memberikan sandaran pada luka hati yang di landa.Di manakah kebahagiaan yang nyatanya sampai saat ini pun belum juga tiba.Kapan bisa merasakan manis madunya di cintai, di perjuangkan, di pertahankan.Tangan lembutnya mengusap wajah, berusaha kuat untuk mengendalikan diri."Aku tidak mengerti tuan Adam, barusan kau menghina ku lalu, aku pun hanya ingin membuktikan hinaan mu memang benar tapi, kau menghajar mereka."Suara putus asa Kinanti begitu lelah, lemah dan terluka."Jawab aku, kenapa kau menghajar mereka!!" Seru Kinanti diiringi isak tangis."Kinanti, cukup, ayo kita pergi dari sini. Di sini tidak baik untuk mu, bahkan udara sangat dingin sekali," Adam memegang lengan Kinanti, berusaha men
POV Kinanti.Ada sebuah cahaya yang begitu terang, cahaya yang bersinar melebihi sinarnya matahari.Aku menjadikan tangan ku sebagai pelindung wajah, tetapi, sesaat kemudian cahaya itu mulai berdamai dengan ku.Aku menurunkan tangan ku dan menatap ke depan, ini di mana?Aku tidak tahu ini di mana?Rumput yang hijau, bunga yang bermekaran dengan kupu-kupu cantik yang berterbangan.Ini indah sekali.Aku terus berjalan menyusuri Padang penuh keindahan, sesekali aku memutar menikmati bertapa indahnya alam sekitar ku.Tapi, aku tidak tahu ini di mana, aku tersesat atau sedang bermimpi. Jika ini hanya sebuah mimpi aku ingin di sini saja.Aku tidak ingin bangun dari mimpi yang terlalu indah ini, di sini sangat damai.Lihatlah, air yang mengalir begitu indah, aku lebih memilih duduk di pinggiran nya dengan kaki ku yang sebagian masuk hingga basah kedalam air jernih ini.Aku tidak ingin keluar dari kedamaian ini, di sini sangat membuat ku bahagia.Tapi, lagi-lagi aku menatap sekitar ku, tidak a
"Dokter pasien sadar," kata seorang perawat dengan buru-buru memberitahu keadaan Kinanti pada Dokter Zidan.Adam dan Dokter Zidan pun menoleh, keduanya seakan terkejut mendengar berita baik itu.Adam dan Dokter Zidan yang berada di depan ruangan Kinanti segera masuk, dan benar saja mata Kinanti terbuka menatap langit-langit ruangan rumah sakit.Dokter Zidan segera memeriksa keadaan Kinanti kembali."Apa anda baik-baik saja?" Tanya Dokter Zidan berusaha berkomunikasi dengan Kinanti.Kinanti masih diam dan bingung, bukankah barusan dirinya berada di sebuah taman indah?Kenapa sekarang tiba-tiba malah tubuhnya terbaring lemah di atas ranjang.Apa itu hanya mimpi?Kinanti bingung dan masih belum menemukan jawaban nya."Ibu, apa anda mendengar saya?" Dokter Zidan masih berusaha untuk membuat Kinanti berbicara dengan nya.Kinanti beralih menatap Dokter Zidan, seketika itu juga dirinya mengingat kejadian beberapa saat lalu.Pertanyaannya kenapa dia ada di tempat asing tersebut.Terakhir kali
Setelah beberapa saat meninggalkan pasiennya Dokter Zidan kembali lagi tapi, matanya tidak melihat keberadaan wanita yang barusan berbaring di atas ranjang."Dia sudah pergi, dia mengatakan tidak mau kehilangan anaknya," kata Adam yang kini berdiri di ambang pintu.Dokter Zidan segera berbalik dan menatap Adam dengan bingung, bahkan untuk berjalan saja wanita barusan tidak mampu apa mungkin bisa melarikan diri.Dokter Zidan sama sekali belum bisa menerima jawaban dari Adam."Keadaan nya masih lemah Dok, apa mungkin dia bisa berjalan, bahkan secepat itu?" Dokter Zidan memijat dahi, penjelasan tidak masuk akal.Adam hanya mengangkat bahu seakan tidak perduli, setelah itu ia pergi meninggalkan Dokter Zidan masih kebingungan.Sampai di parkiran khusus direktur, Adam langsung masuk kedalam mobilnya menyalakan mesin mobil dengan cepat.Sejenak Adam menatap Kinanti masih tidak sadarkan diri terbaring di jok belakang, wajah wanita itu sangat pucat dan harus segera di tangani.Karena yang sebe
Serena mengangguk lemah, tidak lagi bertanya melihat wajah Adam begitu dingin membuat nyalinya menciut seketika."Sssstttt......"Telinga Serena menangkap suara, tampaknya itu suara Kinanti.Dengan segera ia berbalik menatap Kinanti."Kinanti kamu baik-baik saja?" Tanya Serena panik.Kinanti membuka mata perlahan, meremas perutnya dengan rasa sakit yang sangat luar biasa."Sakit....."Kinanti kembali berkeringat dingin dengan wajah pucat bahkan seperti mayat, tangannya terus meremas perutnya semakin kuat."Kinanti," Serena semakin bingung apa yang terjadi pada sahabatnya, kenapa Kinanti terlihat begitu kesakitan dan begitu tersiksa."Sakit," Kinanti terus menangis seiring rasa sakit yang kian terasa."Dokter Adam, ini sebenarnya kenapa?" Serena memberanikan diri untuk bertanya, melihat wajah Kinanti yang begitu memprihatinkan membuatnya tidak bingung."Ren, tolong, aku enggak kuat," Kinanti mencengkram erat tangan Serena, berusaha menahan sakit yang semakin menyiksa.Adam kembali men
"Kau Iblis! Pergi dari hidupku!" Seru Kinanti dengan kedua tangannya meremas selimut yang menutupi setengah bagian tubuhnya."Sudahlah, jangan banyak berpikir keras. Lebih baik diam karena, itu bisa mempercepat proses penyembuhan mu."Kinanti tidak mengerti sampai saat ini, entah kesalahan apa yang di perbuat nya sehingga bisa berada di posisi ini.Rasa sakit itu kembali datang, Kinanti hanya menutup mata meresapi rasa semakin menyiksa."Kenapa kau bahagia menyiksa ku?! Apa salah ku?!""Tidak ada. Aku hanya ingin anak ku lahir ke dunia ini," jawab Adam santai."Tapi, cara mu bisa membunuhku dengan perlahan!!!" Seru Kinanti dengan peluh bercucuran menahan rasa sakit."Tidak, kau tidak akan mati, percaya saja. Lagi pula setelah anak itu lahir kau akan merasakan indahnya dunia ini."Adam tersenyum menatap Kinanti yang masih terbaring di atas ranjang, sedangkan dirinya berdiri berdekatan dengan ranjang."Maksudnya?!" Kinanti masih belum mengerti dengan maksud Adam, sehingga wajahnya masih
"Aduh, Mama bingung sekali kemana ya Kinanti perginya," Sarah masih sangat panik sebelum menemukan Kinanti tidak akan merasakan tenang.Entah mengapa Sarah begitu menyayangi Kinanti, mungkin karena wanita itu begitu menyayangi kedua cucunya dengan tulus.Sehingga ada rasa iba."Kenapa Mama bingung? Tanya saja pada dia!" Adam menatap Nirwan, seakan melimpahkan hilangnya Kinanti pada Nirwana.Nirwan merasa tidak bersalah, apa lagi di tuduh penyebab dari segalanya."Maaf tuan Adam, tapi saya sama sekali tidak tahu, bahkan sampai saat ini orang-orang saya sedang mencari keberadaan Kinanti," jelas Nirwan berusaha membela diri."Bukankah dia bersama mu di malam itu?!" Tanya Adam lagi.Kini semua pasang mata menatap Nirwan penuh tanya, yang lainnya seakan membenarkan apa yang di katakan oleh Adam."Iya, malam itu saya dan Kinanti duduk di taman villa dan tiba-tiba Kinanti mengeluhkan sakit pada bagian perutnya, saya menawarkan untuk membawanya ke puskesmas, kebetulan malam itu sedang ada ac