"Door!" Nada muncul dengan tiba-tiba, membuat Tama terkejut.Padahal dirinya sedang fokus pada mobilnya, tetapi bocah tengil itu malah membuatnya hampir saja jantungan.Begitupun dengan Nada yang menyadari saat Tama terkejut."Hehe, maaf Om. Tadi, Nada pikir Om nggak akan segitu terkejutnya. Lupa Om 'kan lansia ya, hehe," Nada pun cengengesan karena menertawakan Tama.Sedangkan Mira malah senyum-senyum melihat kekonyolan Nada.Hingga akhirnya Tama pun melayangkan tatapan tajam pada Nada."Tama!" Mira pun menegur anaknya tersebut, sebab dirinya merasa Nada adalah salah satu orang yang berani melakukan hal konyol pada pada anaknya.Hingga Tama pun mengurungkan niatnya untuk berbicara kasar pada Nada."Om, santai. Biar kaya di pantai, jangan tegang mulu," celetuk Nada.Kemudian Nada pun membatu Mira untuk naik ke dalam mobil, sesaat kemudian dirinya juga ikut naik.Sedangkan Tama menjadi supir dadakan, sebab harus menemani Mamanya untuk berkunjung ke sekolah.Tama tidak berani membiarkan
Tama terus saja melangkah, karena bocah itu selalu saja membuatnya emosi.Hingga akhirnya tubuh Nada pun membentur dinding."Om, maaf. Nada nggak sengaja," Nada pun berusaha untuk tenang, ingin berlari tetapi saat tangan Tama jauh lebih cepat bergerak hingga akhirnya mencengkram rahang Nada, dan menyadarkan pada dinding kembali."Om, ampun," Nada semakin ketakutan, matanya pun berkaca-kaca seakan menyiratkan bahwa dirinya benar-benar sedang ketakutan.Melihat mata Nada membuat Tama merasa tak bisa berbuat kasar pada wanita yang selalu saja membuatnya jengkel tersebut.Tatapan Nada seakan seperti seekor kelinci yang sangat menggemaskan.Hingga akhirnya Tama pun melepaskan cengkraman tangannya.Uhuk-uhuk....Nada terbatuk-batuk setelah Tama melepaskannya."Om, tadi Nada pikir Om melecehkan murid itu. Maaf ya Om."Tama pun memilih untuk pergi, dari pada merasa luluh akan tatapan mata seorang bocah menjengkelkan tersebut.Begitu pun juga dengan Nada yang mengikuti dari belakang.Langkah k
"Om, tahu nggak musik yang paling enak di dengar? Musik dangdut. Tapi, jangan bilang-bilang ya Om. Hehe," Nada pun cengengesan persis seperti anak kecil yang sedang bahagia.Kemudian menyalakan musik dangdut, membuat Tama merasa kesal hingga mengecilkan volume suara bahkan tak ada lagi suara yang terdengar sama sekali.Tetapi Nada tidak lantas menyerah, malah kembali menyetel volume suara bahkan lebih tinggi dari sebelumnya.Tama yang kesal memilih untuk tetap fokus mengemudikan mobilnya, percuma saja berurusan dengan Nada tidak akan menghasilkan apapun.Walaupun sebenarnya gendang telinganya ingin pecah.Sedangkan Nada terus saja bernyanyi, berteriak dengan sesuka hatinya.Menyanyikan lagu sesuai dengan keinginannya.Sesampainya di supermarket Nada pun langsung bergerak cepat, mencari barang sesuai dengan catatan yang sudah diberikan oleh Mira.Ada banyak sekali barang-barang yang tertulis di dalamnya, tetapi Nada sangat suka hal ini.Karena berbelanja adalah bagian dari hidupnya.Ap
"Kau pikir omongan saya tidak bisa di pegang!" Tama ingin membuktikan bahwa apa yang dikatakannya barusan tidak main-main.Jangan sampai Nada besar kepala karena merasa mampu untuk menggodanya.Sebab, sampai saat ini pun tak ada yang mampu membuatnya jatuh hati setelah hati yang patah.Tidak ada yang mampu mengobati luka dalam itu hingga sampai kini masih membekas dalam ingatan."Omongan cuman angin Om, gimana pegangannya? Ambil otak dari kepala, terus Nada cuci, tidak lupa pakai deterjen dan air mengalir. Agar otak Om menjadi baik!" Ujar Nada kesal.Sedangkan Tama malah terkejut mendengarnya, setiap ucapannya selalu ada jawaban. Sedangkan jawaban tidak ada yang benar satu pun juga."Berbicara dengan mu itu seperti sedang mencoba untuk menggenggam angin!""Angin?""Kosong, nggak ada artinya!" Nada pun memberikan senyuman miring, "Ngomong sama Om juga kayak barang bekas!" "Maksud mu?""Nggak ada yang suka!" Kata Nada dengan angkuhnya."Dasar wanita aneh!" Umpat Tama."Mau ngajarin Na
"Udah jam segini, aku harus pulang."Nada pun membilas diri kemudian memakai pakaiannya, berpamitan pada Mira kemudian pulang dengan menggunakan taxi.Sesampainya di rumah Nada melihat Kinanti dan Adam yang menungguinya di ruang tamu sederhana miliki Sumi.Nada pun berlari memeluk Kinanti, bahkan sampai melempar dua kantung plastik berisi barang miliknya yang barusan dibelinya dengan sembarangan.Tepatnya dibeli dengan uang Tama, tanpa diketahuinya."Bunda!" Seru Nada dengan bahagia."Anak Bunda," Kinanti sangat merindukan anaknya hingga hari ini meminta Adam untuk menjemput anaknya tersebut.Adam pun menyetujuinya, apa lagi dirinya juga sudah sangat merindukan Nada."Kamu sudah banyak belajar?" Tanya Adam.Nada pun beralih memeluk Adam, lelaki yang paling dicintainya tersebut."Kita pulang ya," kata Adam.Nada pun mundur sambil menggelengkan kepalanya, menolak tawaran kedua orang tuanya, dirinya masih ingin menikmati kebebasan ini.Kebebasan yang begitu hakiki, lagi pun Nada masih in
"Kenapa mendadak aku memikirkan bocah aneh itu?" Tama memilih untuk pulang, terus berada di sana pun malah membuatnya semakin pusing.Semua wanita di sana sama saja, wanita dewasa yang hanya memikirkan tentang sebuah kepuasan dan juga uang.Menggoda, menjajakkan tubuh mereka dengan liarnya. Benar-benar tak ada yang mampu membuatnya tertarik.Sangat membosankan.Sesampainya di rumah Tama memilih untuk membaringkan tubuhnya, berharap bisa terlelap dalam tidur.Namun tidak, hingga cahaya matahari menyentuh wajahnya pun tetap saja tidak dapat terlelap dalam tidurnya.Memutuskan untuk bersiap-siap mengantarkan Mira ke sekolah adalah menjadi keharusan.Bisa juga bertemu dengan wanita aneh bernama Nada yang mendadak mengisi pikirannya."Hay, Om," sapa Nada saat Tama tiba di ruang tamu.Mira pun sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, hanya menunggu Tama saja yang mengantarkan mereka."Mama, sudah siap?" Tanya Tama tanpa perduli pada Nada.Tapi tidak menjadi masalah bagi wanita terseb
"Pak polisi tunggu," Mira pun ikut bersuara, karena sampai detik ini tidak ada yang salah malah dibenarkan."Iya Ibu," polisi itu sedikit menunduk agar melihat ke dalam melalui jendela mobil, saat dirinya dipanggil oleh seorang wanita yang jauh lebih tua darinya maka kesopanan harus tetap diutamakan."Sebenarnya, saya ingin mengatakan sesuatu. Tapi, ini menyangkut urusan pribadi, tapi tidak apa," Mira pun menjeda perkataannya sambil melihat Tama yang menatapnya dari luar.Begitu juga dengan Nada yang menoleh ke belakang menunggu Mira selesai berbicara baru nantinya menekan pedal gas dan meninggalkan Tama yang menanggung kesalahannya.Anggap saja sebagai penebus maaf darinya karena Tama selalu menganggapnya remeh."Pak polisi, mereka berdua ini pengantin baru," bohong Mira sambil menunjuk Tama dan juga Nada bergantian.Nada dan Tama melongo mendengar apa yang dijelaskan oleh Mira.Tapi Mira tidak perduli sama sekali, memilih kembali melanjutkan penjelasnya yang sedikit konyol."Jadi, t
Hari-hari terus berlalu, hingga genap sudah 7 hari Nada bekerja di kediaman keluarga Tama. Nada pun semakin dekat dengan Mira.Sampai akhirnya hari ini dirinya tidak bisa datang ke rumah Mira, sebab Nada sedang tidak enak badan. Sejak semalam terus saja meriang, mungkin karena perubahan cuaca.Ataupun karena kemarin dia kehujanan saat pulang ke rumah, belum lagi selalu berenang dalam waktu yang cukup lama. Maka, lengkap sudah membuatnya benar-benar harus beristirahat di rumah demi pemulihan.Tetapi Tama merasa aneh, sebenarnya yang dekat dengan Nada adalah Mira. Namun mengapa dirinya juga terbiasa berdebat dengan Nada malah hari ini terasa berbeda.Bibir Nada yang komat-kamit mendadak membuatnya terus saja membayangkan wajah wanita tersebut."Ma, apa Nada benar-benar sakit?" Tama mendatangi Mira yang sedang berada di kamar, bahkan tanpa basa-basi sama sekali langsung masuk dan melayangkan pertanyaannya.Mira pun sedikit bingung saat anaknya mempertanyakan tentang Nada.Bukankah kedua