Kekaguman di wajah Chelsea langsung sirna."Aku nggak bisa 100 persen yakin soal ini, tapi aku setidaknya 80 sampai 90 persen yakin." Lanjut Charlie. "Aku nggak pernah kasih tahu kamu, karena aku berhubungan baik dengan dia sebelumnya. Selain itu, aku pikir jasanya bisa buat mengabaikan masalah ini."Chelsea merasakan hawa dingin menjalari seluruh tubuhnya, sampai tangannya yang gemetar berhasil mengambil segelas anggur ke bibirnya."Dia mungkin mengesankan, tapi dia rugi besar. Kamu nggak boleh sembah orang kayak dia. Kalau kamu nikah sama dia, aku khawatir akan keselamatan kamu." Kata Charlie acuh tak acuh sambil memotong steaknya."Aku yakin Elliot punya alasan untuk lakuin itu ... aku nggak percaya, dia orang jahat ...." Chelsea bergumam setelah hening sejenak. "Aku tahu kalau Elliot hilang tujuan. Aku habiskan bertahun-tahun di sisi dia, jadi aku kenal dia banget."Charlie terkekeh melihat adiknya mudah tertipu."Ada seorang pembunuh berantai yang akhirnya ditangkap beberapa
Hal pertama yang harus dia lakukan adalah melewati rintangan pertama. Hanya dengan begitu perjalanan akan menjadi lebih lancar."Kalau begitu, jangan tanya sama dia soal itu dan kasih aja sesuatu untuk dia." Saran Ben. "Kamu harus kasih dia perhiasan. Semua wanita suka perhiasan.""Dia nggak suka, aku belum pernah lihat dia pakai apa pun." Kata Elliot."Gimana kalau skincare? Semua wanita pakai barang kayak gitu, kan?" Chad mengusulkan."Dia nggak pakai apa-apa. Waktu aku masuk ke kamar dia, aku lihat nggak pakai apa-apa kecuali pakai pembersih."Elliot tidak bisa cuma kasih pembersih wajah sebagai hadiah, bukan?Ben tidak menyangka, Avery begitu berbeda dari semua wanita lain yang pernah ditemui.Yang lebih tak terduga adalah, fakta bahwa presiden hebat Grup Sterling, Elliot Foster, benar-benar menyelinap ke kamar seorang gadis untuk mengamati hal-hal seperti ini!"Beliin aja dia pembersih itu, kalau begitu!" Kata Ben."Itu nggak mungkin. Kayaknya dia nggak banyak pakai itu.
Avery terdiam.Ketika dia menyadari bahwa teleponnya baru saja direnggut, dia mulai berlari ke arah yang telah dikebut oleh pencuri itu.Namun, dia berhenti berlari ketika ingat bahwa dia hamil dan berjalan kembali ke rumah.Nyonya Cooper berbicara di telepon dengan Elliot sekitar satu jam kemudian."Tuan Elliot, handphone Nyonya Avery dirampok ketika dia sedang berjalan-jalan tadi. Aku bawa dia ke kantor polisi untuk mengajukan laporan, tapi kami diberitahu kalau hampir nggak mungkin untuk dapatkan handphone itu kembali. Mata Nyonya Avery sangat merah. Waktu kami sampai di rumah. Dia bilang kalau ada banyak informasi penting di handphone-nya. Dia menangis sendirian di kamarnya sekarang." Nyonya Cooper tidak bisa membiarkan sesuatu tetap seperti ini, dan dia berpikir bahwa jika Elliot tahu tentang masalah ini, dia mungkin dapat menggunakan koneksinya untuk mengambil handphone Avery.Sebenarnya, Nyonya Cooper tidak pernah yakin apakah Avery benar-benar menangis di kamarnya, tetap
"Itu dia." Jawab Elliot."Paham! Saya akan ingat namanya!" jawab kapten.Kembali ke rumah Foster, Avery sedang duduk di mejanya dan menggunakan laptopnya untuk masuk ke akun media sosialnya, sehingga dia dapat memposting pembaruan status tentang ponselnya yang dicuri.Dia terus duduk di meja dengan linglung setelah itu.Mungkin itu hal yang baik jika pencuri ini menghapus semua yang ada di ponselnya dan menjualnya.Apa yang ditakuti adalah, orang asing yang menyerang privasinya dan memeriksa ponselnya.Dia meletakkan tangannya di kepalanya yang berputar sambil menghela napas berat.Jika dia tahu ini akan terjadi, dia tidak akan pernah meninggalkan lingkungan itu.Kenapa dia berjalan-jalan di lingkungan itu sendiri!Avery bangkit dari mejanya dan pergi ke kamar mandi.Setelah mandi, dia naik ke tempat tidur dan berbaring.Dia harus punya handphone baru dan nomor baru keesokan harinya.Dia melemparkan badannya dan berbalik di tempat tidur, tidak bisa tertidur.Suara langkah
Sambil menahan air mata, Avery berubah marah dan bergegas keluar dari kantor polisi.Dia tidak menandatangani surat pembebasan, dia juga tidak mengambil handphonenya kembali dari Elliot.Elliot menandatangani surat-surat dan meninggalkan kantor polisi.Dalam perjalanan pulang dengan mobil, Elliot memberikan handphonenya kepadanya dan berkata dengan suara rendah, “Aku nggak cek itu."Avery mengambil handphonenya dan napasnya terengah-engah saat dia berkata, "Tapi kamu udah tahu apa yang ada di dalamnya.""Apa itu penting? Foto-foto itu ...."Avery menggertakkan gigi dan memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak kehilangan kesabaran dengan Elliot.Bagaimanapun, dia adalah orang yang membantu mendapatkan kembali handphonenya.Tangannya mengepal di sekitar handphonenya saat dia bertanya, "Kalau aku kasih tahu kamu, waktu aku yang kamu paksa untuk gugurkan bayi, itu bukan milik Cole tapi milik kamu ... apa kamu akan merasa bersalah?"Elliot menoleh dan meliriknya.Ekspresi Aver
Saat sarapan keesokan paginya, Avery dan Elliot duduk di meja makan dalam diam.Avery makan telur dan roti panggang, sementara Elliot makan sereal."Terima kasih udah temuin ponselku aku tadi malam." Kata Avery, memecah keheningan di antara mereka."Aku minta maaf soal ibu aku." Kata Elliot, akhirnya mengungkapkan permintaan maaf yang selama ini mengganggunya.Pipi Avery memerah saat dia berkata, "Bukan kamu yang mukul aku. Kenapa kamu yang minta maaf?""Dia seharusnya nggak menampar wajah kamu." Kata Elliot dengan suara kaku. "Kalau ada yang menyentuh wajahmu, aku akan—"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Avery mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai pipinya.Sangat mengejutkan, kulitnya terasa halus dan nyaman di jari-jarinya.Mata Elliot membara dan jakunnya menggelinding di tenggorokannya, sementara tangannya sedikit gemetar di sekitar gelas susunya."Oke, kita impas." Kata Avery sambil menarik tangannya dan menundukkan kepalanya untuk menghirup tehnya.Ja
Jika Ben mengatakan ini sewaktu mereka masih di rumah, Avery tidak akan pernah masuk ke mobilnya."Tuan Schaffer, aku tahu kamu semua ingin yang terbaik untuk Elliot—" Avery mulai berkata."Apa maksud kamu? Apa kamu nggak pernah dapat hadiah dari teman-temanmu?" Ben menyela sambil tersenyum. "Elliot selalu kasih kita sesuatu, saat kita ulang tahun.""Jadi, kamu nggak kasih dia hadiah, cuma karena dia menyuruhmu untuk nggak melakukan itu? Itu cuma nunjukin kalau kamu nggak lihat dia sebagai teman sama sekali, tapi sebagai bos." Kata Avery. "Aku nggak sangka kamu harus menyeret aku ke dalam ini. Kalau aku terima hadiah darimu atas nama dia, itu akan sama dengan aku menerima hadiah dari dia. Kalau itu masalahnya, aku pasti nggak akan bisa tega marah sama dia, kalau nanti dia akan bikin aku marah."Ben bingung.Tega untuk marah sama dia?Bagaimana tepatnya Avery memperlakukan Elliot setiap hari?Ben mulai curiga, bahwa bosnya ternyata punya sisi masokis."Kamu harus cari ide yang l
Avery terganggu, sampai sebuah pikiran tiba-tiba muncul di kepalanya."Apa Elliot ada hubungannya dengan apa yang terjadi dengan Cole Foster?" Dia bertanya.Ben tercengang."Menurut kamu, kenapa dia mesti lakuin itu? Bukannya Cole Foster yang bikin diri dia sendiri bermasalah dengan perjudiannya? Apa hubungan dia sama Elliot?"Avery meneguk air, lalu berkata, "Elliot bilang, dia yang rencanain itu semuanya. Dia bahkan minta aku berlutut untuk memohon ke dia demi Cole."Ben kehilangan kata-kata.Dia mengambil segelas airnya sendiri dan meminumnya, lalu berkata, "Kalian ngapain, sih? Pasangan macam apa yang selalu berantem ... ternyata kalian berdua melakukannya semua ini dengan sengaja. Apa kalian berdua bahagia yang selalu bertarung satu sama lain?!"Tentu saja, Avery menolak untuk mengakuinya."Aku nggak punya hobi aneh-aneh. Dia yang selalu memprovokasiku.""Bener! Aku yakin Elliot juga merasakan hal yang sama!""Itulah kenapa kita nggak akur." Kata Avery, meneguk air lagi.