Bab 87. Inspirasi
"Malah saya sempat berpikir, Suma ini normal atau tidak," ucapnya sambil menatapku dan tertawa.

"Abah ini ada-ada saja. Saya normal, Bah. Ini buktinya, Abah sebentar lagi mempunyai cucu," ucap Mas Suma.

"Alhamdulillah. Itu namanya rejeki. Kalian harus bersyukur, secepatnya mendapat amanah dari-Nya. Maaf ya, ketika pernikahan kalian, Abah tidak bisa datang. Saat itu bersamaan jadwal Abah umroh," terangnya.

Kami berbincang apa saja. Terutama tentang kehidupan. Benar kata Mas Suma, dia orang yang bijaksana. Terlihat dari wejangan tentang kehidupan yang disampaikan kepada kami.

Kemudian kami berkeliling ke pabrik. Aku tidak diperbolehkan memasuki gudang, kata Abah di dalam bising sekali, kasihan janin yng ada di perutku. Ditemani Pak Salim, aku jalan-jalan di kebun belakang sambil menunggu Mas Suma.

Tanah di belakang sangat luas. Banyak tumpukan limbah kayu di sana. Beberapa ada balok-balok besar teronggok dimakan rayap.

Pak Salim! Kayu ini tidak terpakai?" tanyaku menunjuk balok
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo