Bab 504.  Menjadi Kuat Itu Wajib
[Kak. Tadi malam Mama ketiduran. Sebelum mulai kerja, telpon Mama, ya] Aku pencet tombol send, kemudian memasukkan ke saku daster. Tidak lupa mengganti mode dering yang ribut.

Sekarang aku memilih menyelesaikan pekerjaan pagi lebih awal. Setelahnya, aku bisa leluasa menghubungi Wisnu.

“Pagi, Bik Inah.”

“Pagi, Bu Rani,” sahut wanita yang rambutnya sudah dikuasi uban. Kepalanya melongok ke arah jam dinding, dan menoleh ke arahku lagi. “Bibik pikir, saya yang kesiangan.”

“Ternyata saya yang kepagian,” sahutku sambil tertawa.

Aku memasang celemek bersih, kemudian menilik isi lemari pendingin. Kebiasaanku, berdiri berlama-lama sambil mengamati bahan makanan apa yang tersisa. Sekalian mencari ide untuk memasak apa hari ini.

“Banyak yang habis, Bu Rani. Apa saya harus belanja hari ini?” tanya Bik Inah sambil sibuk mencuci perabotan.

“Boleh, Bik. Kita masak untuk makan pagi saja. Toh yang di rumah hanya saya dan Mas Suma. Bahan untuk orang belakang ada?”

“Ada, Bu Rani. Kalau begitu nan
Astika Buana

"Ikuti cerita ini, ya." Duh, pengen nangis rasanya kalau akan berpisah dengan kalian.

| Me gusta
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo