Bab 382. Waktunya

Wajah Mami terlihat ceria dia layar ponsel. Dia sedang memainkan piano, dengan ponsel dijapit di standing holder. Untung ada Maharani, dia dengan sigap menghidupkan lampu sebelum aku menerima panggilan ini.

Pikiranku yang sudah dipenuhi prasangka ternyata meleset. Mami tidak mempertanyakan titipan, dia justru memamerkan lagu ciptaannya. Jemari menari dengan lincah, dan wajah Mami yang menyiratkan senyuman membuat hatiku ikut merasa bahagia.

“Bagus?”

“Bagus, Mami.” Aku dan Maharani tepuk tangan. Lantunan yang ditunjukkan Mami terdengar indah. Di telinga terdengar damai.

“Mami masih siapkan lagunya. Nanti kalau kamu sudah longgar, main ke sini, ya. Kita duet. Terus Rani yang menilai. Gimana. Sekalian kalian bantu Mami menyusun syair.”

“Mami akan ambil tema apa? Cinta-cintaan?” seloroh Maharani sambil tertawa dan menggerakkan dagu. Aku tahu, dia berusaha mencairkan suasana. Melempar guyonan untuk mengusir ketegangan yang masih tersisa.

“Bukanlah. Memang Mami anak remaja yang dimabok cin
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo