Nyonya Besar datang!Satu rumah mendadak sibuk, semuanya tidak terkecuali Tuan Kusuma. Waktu mepet sekali, empat jam waktu kami untuk memastikan semua baik-baik saja. Apalagi, Nyonya besar alergi debu. Untung satpam sore sudah masuk, jadi ada dua satpam, Pak Maman, dan Bik Inah. Mereka aku kumpulkan terlebih dahulu untuk membagi tugas. Pak Maman lantai bawah dan roff top, Bik Inah lantai atas khususnya kamar Nyonya Besar, Satpam luar rumah termasuk kebun. Aku bagian dapur, mempersiapkan untuk menyambut Nyonya Besar termasuk mengecek semua pekerjaan mereka kembali.Tuan Kusuma akan memastikan di ruang kerja dan kamarnya rapi bersih. Dan, Amelia membersihkan kamarnya sendiri. Dia sudah aku latih untuk mulai tidak tergantung dengan orang lain. Ternyata, selama Wisnu di sini sangat menginspirasi dia untuk mandiri.Di file, tercatat selain alergi debu, beliau mempunyai beberapa pantangan makanan karena darah tinggi dan asam urat yang dideritanya. Aku harus menyiapkan makan malam dengan h
Kusuma ini apa sudah mati rasa, ya? Gawat! Masak aku tanya tentang Maharani, dia bilang, biasa saja? Berarti dia belum tertarik. Aku harus cari cara. Anak ini memang masih bodoh untuk hal seperti ini. Harus 'ditatar'! Akhirnya, dengan alasan Maharani harus mendampingi cucuku, aku menyuruh Kusuma untuk mengirim dia ke Claudia. Dengan arahanku, Claudia langganan butik kami, meng-make over Maharani. Harapanku, aura kecantikannya biar muncul dan Kusuma pun bisa tertarik dengan sendirinya. Bik Inah, salah satu informanku. Ada juga Desi sekertarisnya Kusuma. Keterangan dari mereka, menunjukkan hubungan Kusuma dan Maharani sudah ada kemajuan. Apalagi aku mendengar, Kusuma mengundang anaknya Maharani ke rumahnya. Berarti, mereka sudah mulai saling menjajaki. Dia sepertinya juga ada perhatian dengan Kusuma. Dan, lebih pentingnya bisa ngurusin anakku itu. Aku dapet cerita dari dr Hendra. Wah, proyekku sepertinya sudah mulai ada hasil. Ternyata, walaupun nenek-nenek, masih canggih pegan
POV MaharaniAku buka lagi kotak hitam yang diberikan oleh Nyonya Besar. Satu set perhiasan emas bermata mutiara, kalung, giwang, cincin dan gelang.Modelnya sederhana dengan aksen emas pahatan, anggun dan cantik. Kalung emas kecil agak panjang dengan liontin susun bola emas pahatan dan mutiara. Giwangnya juga mutiara dengan sedikit aksen emas. Cincin bermata mutiara dan bola pahatan emas yang terputus. Cantik lagi, gelangnya, mutiara dan bola emas pahatan di susun bergantian dan ada sisa tali emas yang menjuntai.Kenapa perhiasan ini ada ditanganku? Aku bingung menghadapi Nyonya Besar. Dia bilang, perhiasan ini dipinjamkan untuk dipakai ketika ulang tahun Amelia. Namun, kenapa? Iya, dipinjamkan. Jadi, harus aku simpan di tempat terkunci. Mungkin ini tes kejujuran seperti yang di cerita sinetron. Menghadapi Nyonya Besar harus sabar. Sikapnya yang judes, memang gaya orang kaya pada umumnya. Namun, ada sesuatu yang menarik dari sikapnya, entah apa. Kadang-kadang membuatku tersenyu
Mas Suma, panggilan baru untuk Tuan Kusuma dariku. Merubah status hubungan dari sahabat menjadi orang dekat. Itu, istilah yang kami pakai.Kami sepakat untuk melandasi hubungan ini dengan kasih sayang, bukan dengan hasrat semata. Hari-hari kami lalui seperti biasanya, bedanya ada ikatan bahwa kami saling memiliki. Yang paling antusias adalah Amelia, dia sangat senang. Sering kali dia menggodaku dengan panggilan calon mama. Wisnupun demikian, bahkan sering kali dia dihubungi Tuan Kusuma hanya untuk sekedar mengobrol.Tak terasa, aku sudah tiga bulan bekerja di sini. Banyak sekali yang aku lewati di tempat ini. Tadi pagi aku cek rekening, sudah masuk gajiku dengan jumlah lebih besar 50% dari biasanya. Ini berarti aku sudah lolos dari masa percobaan. Lumayan untuk tambahan membeli lap top baru untuk Wisnu. [Kak, Mama transfer untuk laptop sore ini. Besuk pagi, kamu beli ya][l love you]Aku kirim pesan ke dia. Tugas kuliahnya semakin banyak, jurusan arsitek membutuhkan lap top yang le
Tuan Kusuma tidak memberi penjelasan apapun tentang Jenifer.Mungkin, dia sudah sibuk dengan pekerjaannya. Akupun juga berusaha tidak mengingat kejadian itu, sudah tertumpuk dengan kesibukan sehari-hari berikutnya.Apalagi, Amelia yang baru masuk sekolah langsung disibukkan dengan tugas-tugas. Ada saja tugas yang harus dikerjakan di rumah. Seperti sekarang ada tugas IPA tentang fermentasi."Tante, bantu Amelia dong. Ada tugas tentang fermentasi. Buat apa, ya? Nanti harus ada videonya untuk presentasi. Pusing!" keluhnya sambil garuk-garuk kepala."Tugasnya kapan dikumpul?" tanyaku sambil merapikan tumpukan baju di lemarinya. Anak-anak dimanapun sama, kalau ambil baju suka ditarik, jadinya berantakan."Dua hari lagi, Te. Tugasnya sudah dikasih lama, tetapi Amelnya bingung. Jadinya kelupaan," katanya sambil nyengir."Tante bantu. Tapi, tante mau tanya dulu. Fermentasi itu apa? Cari tahu di buku atau di internet. Nanti jelaskan ke tante. Percobaannya, tante bantu. OK!?" kataku sambil meni
Hari minggu yang paling mendebarkan.Kali pertama, akan diperkenalkan sebagai calon istri Tuan Kusuma. Dan, langsung di Club 21 perkumpulan crazy rich di kota ini.Tidak kebayang sama sekali.Aku dibebas tugaskan dari urusan rumah. Bik Inah, yang ditugaskan dengan catatan yang sudah aku siapkan. Tuan Kusuma mengawasiku untuk hal ini. Tidak ada seorangpun diperbolehkan menggangguku, termasuk Amelia. "Papi, Amel kan mau ditemenin sama Tante!" rajuk Amelia."Amel, Papi cuma minta waktu satu hari ini saja! Jangan ganggu Tante!" kata Tuan Kusuma menbujuknya."Bilangnya hari ini saja! Tadi malam juga bilang gitu! Trus, sama Amelnya kapan!?" sanggahnya dengan muka cemberut."Ya, udah. Sore nanti, ambil Tante Rani buat kamu. Pokoknya, sekarang sama Papi!" tegasnya. Amelia segera masuk kamar dengan bergumam tidak jelas.Tuan Kusuma menunjukkan foto-foto kegiatannya di club itu, sambil memperkenalkan nama, profesi sampai sifat masing-masing anggota. Mereka mempunyai bidang usaha dan profesi
"Mas Suma, Jenifer gimana? Kasihan dia ditinggal begitu saja," kataku mengingat bagaimana ekspresi Jenifer di parkiran tadi.Aku bisa merasakan, bagaimana kesalnya dia, apalagi tadi dari kaca spion aku lihat dia teriak-teriak memanggil Tuan Kusuma. Laki-laki di sebelahku ini, benar-benar sadis. Aku lihat dia yang memandang lurus ke depan tanpa menghiraukan pertanyaanku. Wajahnya kelihatan serius seperti memikirkan sesuatu."Mas, Mas Suma," panggilku sekali lagi."Iya Ran. Kita bicara sebentar, saya cari tempat berhenti," katanya sambil menoleh ke arahku sebentar.*"Ran, kamu pasti kaget melihat saya tadi. Saya seperti itu, karena tahu sifat Jenifer seperti apa. Dia suka sekali emosional, kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, dia akan kumat. Kami semua tahu. Di sana pasti dia di handle sama Elisya dan Sintha, tadi kita sudah calling. Nanti kalau sudah reda, baru saya bicara dengannya. Tetapi sebenarnya saya malas, karena Jenifer kalau ada maunya, susah!" jelas Tu
"Amelia! Amelia! Dengar kata, Papi!" teriak Tuan Kusuma berlari ke atas mengejar Amel. Aku dan Bik Inah yang baru masuk rumah kaget melihat mereka. Kami saling perpandangan mencari tahu apa yang terjadi. Aku berikan keranjang belanjaan ke Bik Inah dan bergegas lari mengikuti mereka. Amelia menangis membelakangi Tuan Kusuma yang berusaha menenangkannya. Melihat aku mendekati mereka, Amelia langsung lari memelukku sambil menangis sesenggukan."Amelia, menangis saja. Tidak apa-apa," bisikku kepadanya. Dia menangis tanpa bicara apapun. Aku menatap Tuan Kusuma minta penjelasan apa yang terjadi. Dia menjawab dengan gerakan mulut tanpa suara, "Mami". O, aku mengerti. Pasti dia membicarakan tentang rencana pertemuan dengan Dewi, mamanya Amelia. Pasti anak ini kaget, karena mami yang selama ini dianggap tidak ada bahkan dibilang meninggal, ternyata baik-baik saja. Brian, sepupu Dewi yang menfasilitasi kami. Selama ini, Dewi tinggal di Belanda bersama keluarga barunya. Dia memiliki dua ana