"Mom!" Mentari terkejut melihat Renata yang berhasil membuka pintu kamar nya.Sejenak merasa pintar terkunci, tapi kenapa bisa terbuka.Mata Mentari pun menatap pintu yang terbuka, terlihat ada kunci di sana artinya Renata mencari kunci cadangan.Tapi masalahnya sekarang bukan itu, Mentari pun mengingat ada Fikri di kamarnya.Tamat sudah riwayat hidupnya saat ini juga, Renata pasti marah besar melihatnya bersama laki-laki di kamarnya.Tidak mungkin Renata percaya bahwa Fikri masuk sendiri.Pastinya siapapun akan berpikir jika Mentari sendiri yang mengundang."Kamu kenapa?" Renata pun merasa bingung melihat MentariWajah panik dan ketakutan tentu saja tidak bisa dibohongi."Kamu kenapa? Seperti dikejar setan saja!" Kata Renata lagi.Kebingungan melihat kelakuan aneh anaknya.Mentari pun mulai melihat ke belakang, barusan Fikri berada di sana.Tapi sekarang tidak ada, sehingga membuatnya benar-benar pening.Bukankah barusan Fikri berada di sana juga, ataukah dirinya yang sedang berhalus
Keesokan harinya Mentari pun bersiap-siap untuk berangkat bekerja.Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah sakit.Bibirnya terus saja tersenyum bahagia sebab, apa yang di cita-citakan sudah tercapai dengan baik.Sekali lagi Mentari memastikan penampilannya di cermin.Rok span berpadu kemeja putih adalah pakaian pakaian favorit nya, tapi tidak begitu ketat sebab Renata sangat tidak suka melihat Mentari menggunakan pakaian yang terlalu menonjol.***Berbeda lagi dengan Diva, hari ini dirinya bersiap-siap untuk berangkat menuju kampus, kesukaannya adalah pakaian ketat yang sangat menonjolkan bentuk tubuhnya.Rok mini berpadu dengan kemeja coklat menonjolkan dadanya yang memang besar.Itulah pakaian yang selalu membuatnya begitu percaya diri."Diva," Serena pun memasuki kamar putrinya, seperti biasanya. Tanpa ijin."Umi!" Seru Diva dengan kesal.Serena pun mengibas-ngibaskan tangannya, kemudian memperhatikan penampilan putrinya."Kamu mau ke kampus atau ke club?" Serena sangat ti
Dengan anggunnya Mentari turun dari mobilnya, mobil baru dibelikan oleh Zidan sebagai hadiah karena Mentari adalah lulusan terbaik.Dengan langkah kaki perlahan mulai berjalan masuk.Ruangan sudah tersedia untuknya, walaupun Zidan sudah berhenti bekerja dan memutuskan untuk mengurus perusahaan keluarga tetapi tetap saja Mentari dikenal sebagai putri Dokter Zidan.Mantan presiden direktur rumah sakit Pelita Bunda."Anaknya Dokter Zidan cantik ya."Beberapa dokter berbisik-bisik seakan memuji kecantikan seorang Mentari.Padahal dirinya tidak sedang tebar pesona, tapi entah mengapa masih banyak lelaki yang meliriknya.Mentari pun mulai memasuki ruangannya, hingga akhirnya memeriksa pasien.Hari ini benar-benar bersemangat, apa lagi anak-anak itu sangat menggemaskan. Sampai akhirnya sampai pada pasien terakhir."Silahkan duduk ibu, Adek nya sakit apa?" Mentari belum melihat ke depan, karena berusaha mengambil bolpoin yang terjatuh di lantai.Sampai akhirnya berhasil dan bertapa terkejutny
Mentari pun mengambil ponselnya dari dalam tas, dan melihat sosial media yang menjadi hiburan dikala lelah bekerja ataupun dalam keadaan apapun.Tapi sesaat kemudian taxi yang ditumpanginya mendadak berhenti, membuat Mentari kebingungan."Ada apa Pak?" Tanya Mentari.Belum lagi sekitarnya yang mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.Ditambah lagi dengan hari mulai gelap, hujan rintik-rintik pun turun."Itu Bu, ada segerombolan preman yang menghentikan mobil kita," supir taxi itupun merasa takut, sebab para preman itu membawa benda tajam.Mentari pun melihat ke depan, kemudian ada yang menggedor-gedor kaca taxi tersebut."Turun!" Pinta Preman yang bahkan menggoyangkan taxi itu, "atau kaca taxi ini aku pecahkan!" Ancaman pun terdengar hingga sang sopir taxi merasa takut."Ya ampun, anak ku sakit. Kalau sampai taxi ini kenapa-kenapa nantinya bagaimana?" Supir taxi itu pun berbicara sendiri dengan rasa ketakutannya.Mentari pun mendengar suara itu, kemudian membuka pi
Fikri dari kecil dibesarkan oleh kedua orang tuanya dengan rasa tanggung jawab.Maka begitu juga dengan saat ini, Fikri akan bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuatnya.Tanpa gentar sedikitpun Fikri memenuhi panggilan Zidan yang memintanya datang.Di perusahaannya, kini Fikri adalah pewaris utama di keluarga Agatha Sanjaya.Dan Zidan menunggunya di sana.Duduk di sofa menatapnya tajam yang masih berdiri di ambang pintu.Zidan pun bangkit dari duduknya, menghampiri Fikri."Aku tahu semua yang kau lakukan, sampai memasuki kamar putri ku pun, aku tahu," papar Zidan.Huuuufff.Sejenak Fikri menegang, tapi itu memang benar adanya.Seperti kata awal.Fikri siap menanggung semua perbuatannya, kecuali tidak untuk menjauhi Mentari."Aku tidak tahu, apakah Ayah mu tahu hal ini atau tidak. Tapi satu hal yang aku ingin beritahu, aku tidak suka cara mu mendekati putri ku dengan cara seperti tadi. Dia sangat ketakutan," Papar Zidan.Menatap Fikri dari ujung kaki hingga ke atas."Aku mencinta
Sesampainya di rumah Fikri pun bergegas menemui kedua orang tuanya, ingin berbicara perihal pertunangannya yang akan dilangsungkan esok hari dengan Diva."Bunda, Fikri tidak bisa bertunangan dengan Diva.""Enak sekali kau berbicara seperti itu! Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri besok. Diva itu anak Tante Serena, mau tahu siapa dia. Tante Serena itu sudah seperti saudara kandung Bunda, dia yang membantu Bunda merawat kamu. Jangan pernah mempermalukan Bunda, apa lagi Tante Serena!" Papar Kinanti.Kinanti pun segera menuju kamarnya, tidak ingin lagi membahas perihal pertunangan yang ingin dibatalkan oleh putranya tersebut.Fikri pun mencoba melihat Adam, mungkin saja bisa membantunya.Sayangnya Adam hanya menggerakkan bahunya lalu menyusul Kinanti.Fikri pun meninju udara, tampaknya pertunangan tersebut harus benar-benar terjadi.Fikri mencintai Mentari, bukan Diva.Namun, malah karena insiden itu Kinanti menyimpulkan bahwa dirinya dan Diva sudah melakukan hal di luar batas.Sej
Semua tamu undangan tampak memenuhi acara pertunangan malam hari ini, menyaksikan saat-saat berlangsungnya proses pertunangan Fikri dan Diva.Yang dilangsungkan di rumah keluarga besar Fikri.Sejenak Fikri terdiam menatap wajah-wajah para tamu undangan, tampaknya mencari seseorang yang mungkin begitu berarti baginya.Fikri Mencari keberadaan Mentari.Sampai akhirnya dirinya menemukan wanita tersebut.Mentari tersenyum menatap ke depan, malam ini terlihat begitu anggun dengan gaun pesta berwarna merah menyala.Bibirnya tersenyum bahagia, sebab sebentar lagi musuh bebuyutannya akan segera bertunangan.Artinya tidak akan mengusiknya terus-menerus.Senang sekali tanpa Fikri yang mengganggu setiap hari-hari indahnya."Tari," Kinanti menghampiri Mentari, jangankan para lelaki. Dirinya saja terkagum-kagum melihat kecantikan Mentari yang hampir sempurna tanpa kekurangan."Bunda," Mentari pun tersenyum menyapa kembali."Aduh cantiknya," Kinanti memegang wajah Mentari seakan mengagumi."Terima
Fikri pun berdiri di atas anak tangga terakhir, tatapannya lulus ke depan.Menyaksikan banyaknya tamu yang sedang berdansa. Bola mata elangnya terus mencari seseorang.Seorang wanita yang bernama Mentari, bukan Diva, yang padahal sudah menjadi tunangannya sendiri.Sampai akhirnya menemukan yang dicarinya, Mentari berdansa bersama dengan Kenan."Apakah calon suamiku ini ingin berdansa dengan ku?" Goda Diva.Diva tersenyum bahagia puas melihat wajah Fikri yang menahan kemarahan.Tentu saja Fikri sangatlah kesal, dan Diva tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal dan harus menahan emosi."Ahahahha," Diva pun semakin tertawa melihat Fikri yang menatapnya dengan tajam.Dari sana Mentari pun tiba-tiba melihat Fikri, Mentari menjulurkan lidahnya seakan kesal saat melihat wajah Fikri saja.Mentari tengah bahagia, karena setelah ini tidak akan mungkin lagi diganggu oleh Fikri.Menurutnya begitu!Lantas bagaimana dengan Fikri?Bisakah Fikri tanpa Mentari?Sulit!"Ayo berdansa dengan ku, calon