Sebelum Catherine bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan besar tiba-tiba muncul untuk menutupi mulutnya.Tangan Shaun berbau seperti pinus kering. Aroma samar itu ternyata menenangkan.Lebih penting lagi, tangannya sangat hangat!"Diam." Mata pria itu berbinar di bawah lensa kacamatanya.Catherine merasakan pipinya juga menghangat. Setelah Shaun mengangkat tangannya, Catherine meletakkan semangkuk bubur gandum di atas meja. "Aku yakin kamu pasti lapar setelah bekerja sepanjang malam."Shaun melihat ke bubur gandum yang di atasnya diberi kayu manis. Itu terlihat menggugah selera."Catherine, kamu mencoba untuk membuatku gemuk, hah?"“Tidak, tubuhmu masih dalam bentuk yang bagus.” Catherine cemberut. “Aku tidak akan keberatan meskipun kamu gemuk. Mungkin kamu bisa mempertimbangkan aku, jika tidak ada wanita lain yang menyukaimu lagi."Shaun menatapnya, sudut bibirnya bergerak-gerak menyeringai. "Lupakan. Aku tidak sanggup bersama seorang wanita yang sering masuk rumah sakit
"Ingat janjimu.” Shaun kembali ke tempat tidurnya dengan acuh tak acuh.Setelah mendapatkan persetujuan Shaun, Catherine segera meletakkan selimut di lantai di samping tempat tidur.Pria itu memperhatikan sejenak, tetapi segera tertidur.Namun, beberapa saat kemudian, tangisan Catherine membangunkannya.“Buka pintunya… Kumohon… Di sini dingin… Gelap sekali… Aku takut.”Shaun duduk tegak di tempat tidur. Cahaya bulan yang mengalir melalui jendela menerangi siluet di lantai. Wanita yang telah meringkuk menjadi bola menutupi telinganya dengan kuat. Seluruh tubuhnya gemetar ketakutan."Catherine, bangun. Itu hanya mimpi buruk." Shaun melangkah dari tempat tidur untuk melepaskan tangan Catherine.Namun, Catherine benar-benar tenggelam dalam mimpi buruk itu. Wajahnya yang ketakutan pucat seperti kertas.Tidak ada alternatif lain, Shaun menariknya ke dadanya dan dengan lembut menepuk punggung Catherine.“Tidak apa-apa. Kamu aman sekarang…”Suara pria itu memiliki efek menenangkan ya
"Cukup. Kamu bisa menyerangku, tapi tidak semua pria."“Memangnya kenapa kalau aku?” Shaun menjawab sambil menatap Catherine dengan jijik."Kamu..." Dengan gelisah, Catherine berlari ke depan untuk melingkarkan lengannya di leher Shaun.Shaun benar-benar terkejut dengan tindakan Catherine yang tidak terduga dan tiba-tiba.Apakah wanita ini mencoba memaksakan ciuman padanya? Bayangan bibir Catherine yang kenyal muncul di benaknya. Shaun ragu-ragu selama beberapa detik sebelum dia merasakan sakit di pipinya.Catherine baru saja menggigitnya.Shaun mendorongnya menjauh dengan paksa, sementara tangannya melayang untuk menutupi tempat yang digigitnya.Apakah Catherine seekor anjing? Gigitannya sangat menyakitkan.“Catherine, beraninya kamu? Jangan berpikir aku tidak akan menghukummu karena ini."Mata pria itu seperti nyala api. Catherine gemetar setelah menyadari betapa konyolnya dia bertindak tadi.“Um... Aku bisa menjelaskan ini. Itu karena aku... aku sangat mencintaimu," ucap C
Chase menghibur penggugat dengan secangkir kopi panas. "Mengapa kamu di sini?" Ekspresi terkejut memenuhi wajah Shaun. “Ayolah, aku punya kasus di Ruang Sidang 2 hari ini. Bisakah kamu lebih memperhatikanku?” Chase menggerutu, “Ngomong-ngomong, kenapa kamu memakai masker? Apakah kamu sedang sakit?" “...” Shaun menolak berkomentar. “Eh, itu bagus kamu bersikap penuh perhatian dan memakai masker untuk mencegah penyebaran virus. Shaun, kamu menjadi lebih bijaksana sejak pindah ke Melbourne,” puji Chase. Sepuluh menit kemudian, persidangan akan segera dimulai. Chase hampir saja menyemburkan kopi di mulutnya saat Shaun melepas masker dan memperlihatkan bekas gigitan di pipinya. "Apa itu di…" “Aku digigit anjing.” Suara dingin Shaun mengandung intimidasi. Dia berjalan ke ruang sidang dengan langkah besar. Chase tertawa terbahak-bahak. Apakah Shaun mengira bisa membodohi dirinya? Shaun ternyata habis digigit oleh seorang wanita. Tidak setiap hari Chase melihat Shaun merasa
Lagi? Perasaan frustrasi mengguncang Catherine. Selama beberapa hari terakhir dia tinggal di rumah menyiapkan makanan. “Aku hanya keluar untuk makan malam dengan seorang teman yang aku kenal saat belajar di luar negeri.” Shaun tertawa dengan sinis. “Oh, jadi kali ini teman dari universitas. Jangan lupa, bagaimana kamu diculik ke hotel oleh teman SMA-mu terakhir kali.” "Masa bodo. Dah." Catherine menutup telepon dengan tidak sabar. Kekecewaan melintas di mata Joseph saat melihat wajah Catherine yang marah. "Pacar baru? Atau suami?” Catherine melebarkan matanya karena terkejut. "Bukan. Itu hanya… teman serumahku.” Meski Shaun adalah suami sahnya, pria itu menolak mengakuinya. Karena itu, hubungan mereka murni hanya untuk pertunjukan. Sudut bibir Joseph berubah menjadi senyuman tipis. “Kedengarannya, seolah kamu sedang berbicara dengan pasangan.” “Um… Masa iya?” Catherine merasa jantungnya berdetak kencang. Beginilah biasanya dia berinteraksi dengan Shaun. Mungkin terd
Catherine menolak, karena dia masih kesal dari kejadian tadi. “Maaf, aku pengasuh kucingmu, bukan pengasuhmu.” Catherine menekankan dua kata terakhir. Shaun tampak acuh tak acuh. Sudut bibirnya berubah menjadi senyuman penuh teka-teki. "Inikah cinta yang kamu nyatakan untukku?" “...” Sial. 'Yang aku cintai adalah posisi menjadi bibinya Ethan! Jelas, ‘kan!’ Karena frustrasi, Catherine membuka lemari es untuk mengambil pangsit manis yang dia buat tadi malam. Shaun yang terus memandangi siluet Catherine di balik pintu kaca geser, juga jengkel. Tidak ada lagi makanan yang menggugah selera makan Shaun, selain makanan yang dimasak Catherine. Mungkin Catherine telah menjampi-jampi makanan yang dimakannya selama ini. ***** Setelah sarapan pagi keesokan harinya. Shaun baru saja memakai kancing manset, siap untuk keluar ketika dia melihat Catherine telah mengenakan jaket berwarna krem. Di bawah jaketnya dia mengenakan kemeja pink tua dan rok kotak-kotak dengan celana ketat.
Dengan ringan hati, Catherine meninggalkan kantor dan mulai berkendara ke Green Mountain. Ini adalah lingkungan vila mewah termahal di Melbourne. Hanya orang yang benar-benar kaya yang mampu membeli properti di sini. Mobilnya dihentikan oleh petugas keamanan di pintu masuk lingkungan vila, sehingga dia harus berjalan kaki ke rumah Presiden Lyons. Seorang pria yang tampak berusia sekitar 30 tahun sedang berdiri di tepi kolam renang. Pria jangkung itu memiliki alis yang panjang dan lembut. Setelan bisnis berwarna hitam yang dibuat penjahit tampak sangat bagus di tubuhnya. Karena terkejut, Catherine bertanya dengan ragu-ragu, “Tuan Lyons?” "Iya. Apakah Anda desainer dari perusahaan Joseph? Anda jauh lebih muda dari yang saya duga." Ekspresi keterkejutan yang tulus melintas di mata Wesley. Wanita di depannya saat ini mungkin adalah wanita paling cantik yang pernah dilihatnya sejak kembali ke Melbourne. Orang lain mungkin akan mengira Joseph mengirim wanita ini untuk merayu Wesl
Catherine mengaku telah bekerja keras untuk membangun kariernya. Ethan berencana untuk menyombongkan diri bahwa dia bisa memanjakan Rebecca. Seperti yang diharapkan, Ethan tersenyum puas saat dia melihat perubahan di ekspresi Catherine. "Apa? Menyesali pilihanmu sekarang? Jika kamu masih seperti dulu, mungkin aku bisa memberimu vila juga.” Jengkel dengan komentar Ethan, Catherine hampir meludahkan darah. Dia pasti buta di masa lalu, karena mengira Ethan adalah pria yang berbudi pekerti. Pikiran tentang Shaun yang membuatnya tidak nyaman tadi. Ternyata, Shaun memang punya properti di daerah ini. Itu adalah keputusan Shaun untuk memilih perusahaan desain mana pun, tetapi Catherine pasti akan sangat marah jika Shaun menyerahkan proyek renovasi kepada Rebecca. “Baiklah, pamanmu yang memutuskan siapa yang dia pilih untuk melakukan renovasi, bukan kamu. Mungkin dia dengan mudah diyakinkan oleh istrinya. Kata-katamu tidak ada harganya.” Haha, memang, Catherine harus meyakinkan Sha