Chase menghibur penggugat dengan secangkir kopi panas. "Mengapa kamu di sini?" Ekspresi terkejut memenuhi wajah Shaun. “Ayolah, aku punya kasus di Ruang Sidang 2 hari ini. Bisakah kamu lebih memperhatikanku?” Chase menggerutu, “Ngomong-ngomong, kenapa kamu memakai masker? Apakah kamu sedang sakit?" “...” Shaun menolak berkomentar. “Eh, itu bagus kamu bersikap penuh perhatian dan memakai masker untuk mencegah penyebaran virus. Shaun, kamu menjadi lebih bijaksana sejak pindah ke Melbourne,” puji Chase. Sepuluh menit kemudian, persidangan akan segera dimulai. Chase hampir saja menyemburkan kopi di mulutnya saat Shaun melepas masker dan memperlihatkan bekas gigitan di pipinya. "Apa itu di…" “Aku digigit anjing.” Suara dingin Shaun mengandung intimidasi. Dia berjalan ke ruang sidang dengan langkah besar. Chase tertawa terbahak-bahak. Apakah Shaun mengira bisa membodohi dirinya? Shaun ternyata habis digigit oleh seorang wanita. Tidak setiap hari Chase melihat Shaun merasa
Lagi? Perasaan frustrasi mengguncang Catherine. Selama beberapa hari terakhir dia tinggal di rumah menyiapkan makanan. “Aku hanya keluar untuk makan malam dengan seorang teman yang aku kenal saat belajar di luar negeri.” Shaun tertawa dengan sinis. “Oh, jadi kali ini teman dari universitas. Jangan lupa, bagaimana kamu diculik ke hotel oleh teman SMA-mu terakhir kali.” "Masa bodo. Dah." Catherine menutup telepon dengan tidak sabar. Kekecewaan melintas di mata Joseph saat melihat wajah Catherine yang marah. "Pacar baru? Atau suami?” Catherine melebarkan matanya karena terkejut. "Bukan. Itu hanya… teman serumahku.” Meski Shaun adalah suami sahnya, pria itu menolak mengakuinya. Karena itu, hubungan mereka murni hanya untuk pertunjukan. Sudut bibir Joseph berubah menjadi senyuman tipis. “Kedengarannya, seolah kamu sedang berbicara dengan pasangan.” “Um… Masa iya?” Catherine merasa jantungnya berdetak kencang. Beginilah biasanya dia berinteraksi dengan Shaun. Mungkin terd
Catherine menolak, karena dia masih kesal dari kejadian tadi. “Maaf, aku pengasuh kucingmu, bukan pengasuhmu.” Catherine menekankan dua kata terakhir. Shaun tampak acuh tak acuh. Sudut bibirnya berubah menjadi senyuman penuh teka-teki. "Inikah cinta yang kamu nyatakan untukku?" “...” Sial. 'Yang aku cintai adalah posisi menjadi bibinya Ethan! Jelas, ‘kan!’ Karena frustrasi, Catherine membuka lemari es untuk mengambil pangsit manis yang dia buat tadi malam. Shaun yang terus memandangi siluet Catherine di balik pintu kaca geser, juga jengkel. Tidak ada lagi makanan yang menggugah selera makan Shaun, selain makanan yang dimasak Catherine. Mungkin Catherine telah menjampi-jampi makanan yang dimakannya selama ini. ***** Setelah sarapan pagi keesokan harinya. Shaun baru saja memakai kancing manset, siap untuk keluar ketika dia melihat Catherine telah mengenakan jaket berwarna krem. Di bawah jaketnya dia mengenakan kemeja pink tua dan rok kotak-kotak dengan celana ketat.
Dengan ringan hati, Catherine meninggalkan kantor dan mulai berkendara ke Green Mountain. Ini adalah lingkungan vila mewah termahal di Melbourne. Hanya orang yang benar-benar kaya yang mampu membeli properti di sini. Mobilnya dihentikan oleh petugas keamanan di pintu masuk lingkungan vila, sehingga dia harus berjalan kaki ke rumah Presiden Lyons. Seorang pria yang tampak berusia sekitar 30 tahun sedang berdiri di tepi kolam renang. Pria jangkung itu memiliki alis yang panjang dan lembut. Setelan bisnis berwarna hitam yang dibuat penjahit tampak sangat bagus di tubuhnya. Karena terkejut, Catherine bertanya dengan ragu-ragu, “Tuan Lyons?” "Iya. Apakah Anda desainer dari perusahaan Joseph? Anda jauh lebih muda dari yang saya duga." Ekspresi keterkejutan yang tulus melintas di mata Wesley. Wanita di depannya saat ini mungkin adalah wanita paling cantik yang pernah dilihatnya sejak kembali ke Melbourne. Orang lain mungkin akan mengira Joseph mengirim wanita ini untuk merayu Wesl
Catherine mengaku telah bekerja keras untuk membangun kariernya. Ethan berencana untuk menyombongkan diri bahwa dia bisa memanjakan Rebecca. Seperti yang diharapkan, Ethan tersenyum puas saat dia melihat perubahan di ekspresi Catherine. "Apa? Menyesali pilihanmu sekarang? Jika kamu masih seperti dulu, mungkin aku bisa memberimu vila juga.” Jengkel dengan komentar Ethan, Catherine hampir meludahkan darah. Dia pasti buta di masa lalu, karena mengira Ethan adalah pria yang berbudi pekerti. Pikiran tentang Shaun yang membuatnya tidak nyaman tadi. Ternyata, Shaun memang punya properti di daerah ini. Itu adalah keputusan Shaun untuk memilih perusahaan desain mana pun, tetapi Catherine pasti akan sangat marah jika Shaun menyerahkan proyek renovasi kepada Rebecca. “Baiklah, pamanmu yang memutuskan siapa yang dia pilih untuk melakukan renovasi, bukan kamu. Mungkin dia dengan mudah diyakinkan oleh istrinya. Kata-katamu tidak ada harganya.” Haha, memang, Catherine harus meyakinkan Sha
"Tidak." Wesley mengibaskan tangannya ke udara. “Aku bisa menyetujui apa pun selain ini. Aku memiliki standar tinggi untuk tempat tinggalku. Aku pernah bertemu Rebecca. Sejujurnya, dia tidak memiliki pengalaman dan tidak tahu apa-apa tentang material terbaru dan peralatan berteknologi tinggi. Dia akan menghancurkan rumahku.” Ethan merasa agak malu. Bagaimana pun, itu tunangannya yang mereka bicarakan. "Tapi, dia melakukannya dengan cukup baik di proyek Pusat Budaya dan Teknologi..." “Jangan lupa bahwa dia berhasil memenangkan penawaran itu karena pengaruhku.” Ekspresi tidak senang terlihat di wajah Wesley saat dia membicarakan hal ini. "Selain itu, kamu harus bersyukur bahwa Presiden Sawyer tidak mengungkapkannya atau kita akan mendapat masalah besar." Ethan merasa kecewa. “Baik, bukan masalah besar jika Paman tidak setuju. Oh ya, apakah itu sketsa yang Paman pegang? Desainer mana yang Paman pakai? Aku bertanya karena penasaran dan tidak ada yang lain." “Joseph Talton, dia
Catherine tidak mengerti maksud Shaun untuk merahasiakan ini darinya. Apakah itu untuk mencegahnya mencuri kekayaannya? Apakah Shaun berencana mengizinkan Rebecca mendesain rumahnya? Catherine bisa menerima kemungkinan pertama, tapi tidak yang kedua. Catherine tahu bahwa keluarga Jones hampir merenggut nyawanya, begitu juga dendamnya yang tak ada habisnya terhadap Rebecca. “Tidak apa-apa jika kamu membeli rumah di sana. Aku tidak akan memaksamu untuk mempekerjakan aku sebagai desainermu,” ujar Catherine setengah bercanda. “Aku sudah bilang tidak.” Jawab Shaun dengan lugas. Catherine menggenggam peralatan makan dan mengubah topik pembicaraan. “Baiklah, kalau begitu… Apakah kamu ada acara untuk beberapa hari mendatang? Mungkin kamu membutuhkan pendamping wanita…” "Tidak." Orang-orang di Melbourne terlalu rendah bagi Shaun. Mereka tidak sebanding dengan dirinya. “Um… Baiklah, tapi aku ada acara.” Shaun meletakkan peralatan makan di atas meja dan menatap lurus ke mata Cathe
"Ke mana?" Tatapan Shaun dipenuhi dengan kekesalan. “Apakah kamu akan pergi minum-minum atau pergi ke keluarga Jones? Atau apakah kamu akan berkencan dengan seniormu? Jangan lupa, kamu masih harus berjalan-jalan dengan Fudge untuk memperlancar pencernaannya.” “...” Catherine kehilangan keberanian untuk mengatakan kebenaran. “Aku mau berbelanja dengan Freya. Cuaca berubah dingin dan aku butuh baju baru.” Shaun mengamatinya dari atas ke bawah sebelum berkomentar, “Hmm, kamu memang membutuhkan pakaian yang lebih hangat. Berhentilah mengenakan baju tipis di depanku sepanjang hari." “...” Catherine tidak bisa berkata-kata. Yah, Catherine tidak akan memakai baju tipis ketika hampir musim dingin, jika bukan demi merayu Shaun. Lagi pula, Shaun adalah orang yang mendapat keuntungan darinya. “Baiklah, aku juga butuh baju baru, jadi belikan aku juga. Gunakan saja kartu kredit yang kuberikan padamu terakhir kali,” ujar Shaun dengan malas. Catherine kehilangan kata-kata. Sebenarny