Inicio / Todos / ISTRIKU SERING MENANGIS / Capítulo 1 - Capítulo 10
Todos los capítulos de ISTRIKU SERING MENANGIS: Capítulo 1 - Capítulo 10
61 chapters
Bab 1
ISTRIKU SERING MENANGIS"Kamu semalam pulang ke rumah Ibu, Mas?" tanya Mayang saat aku pulang dari rumah ibu. Lelah rasanya baru saja tiba dan bersandar di kursi, tapi baru saja menepi sudah ditanyakan hal yang paling tak kusukai."Bisa gak sih, suami pulang bermalam dari rumah orang tua, tawarin minum dulu!" sentakku dengan nada tinggi. Mayang tampak kesal lalu pergi dengan menghentakkan kakinya kencang ke arah dapur. Astaga, istriku kerasukan setan apa sampai seperti itu?Setelah beberapa detik dari dapur, ia muncul membawa segelas air putih. Lalu memberikannya padaku. Tanpa kata-kata ia pun bergegas lagi meninggalkanku. Aku pikir ia ingin menemani berduduk santai di sini."Dek, kamu mau ke mana? Ngambek?" tanyaku, tapi ia tetap pergi tanpa menoleh sedikitpun. Sepertinya ia sakit hati dengan bentakan tadi.Lalu dengan segelas air putih yang kutenggak, aku menenangkan diri sendiri dengan menghela napas panjang. Namun, tiba-tiba ibu menghubungiku.<
Leer más
Bab 2
ISTRIKU SERING MENANGISBab 2"Mayang sering menangis? Mbok tahu kenapa nggak?" tanyaku penasaran. Namun, Mbok menggelengkan kepalanya. Entahlah, dia tak mau bicara atau memang tidak mengetahui apa-apa."Kalau di rumah ada yang aneh lagi nggak dengan Bu Mayang selain nyusuin Arya sambil nangis dan keluar dari rumah pagi sampai siang?" tanyaku lagi. "Nggak sih, Pak. Ibu nggak pernah berlaku aneh-aneh," sahutnya membuatku mengernyitkan dahi. Lalu kenapa Mayang pergi ngojek? Uang yang kuberikan untuknya kan memang khusus menuhin kebutuhan pribadinya. Apa kurang cukup uang 1,5 juta untuknya? Itu tidak perlu beli sayuran dan lainnya."Mbok, apa Bu Mayang punya utang?" tanyaku menyecarnya. Sepertinya Mbok Ani tahu sesuatu, tapi ia rahasiakan di hadapanku."Pak, Mbok bener-bener nggak tahu apa-apa, coba tanyakan langsung pada Bu Mayang," suruh Mbok Ani. Namun, aku ragu menanyakan apa pun pada Mayang, karena ia sensitif sekali. Aku tanya baik-
Leer más
Bab 3
ISTRIKU SERING MENANGISBab 3Ia menghela napasnya perlahan, semoga saja Mayang bicara jujur padaku. Namun, baru ingin mengatakannya padaku, tiba-tiba ibu datang. Seperti biasa ia datang membawa lauk pauk makan siang. Tadi ibu bicara di telepon besok tidak antar lauk pauk, tapi hari ini ia masih mengantarkannya untuk kami."Assalamualaikum," ucap ibu dengan wajah semringah."Waalaikumsalam," jawab kami berbarengan, tapi suara Mayang masih agak serak karena tadi menangis.Ibu menautkan kedua alisnya, ia keheranan melihat kami sedang saling berhadapan."Mayang, kamu kenapa? Matamu sembab begitu, apa nangis?" tanya ibu saat melihat mata Mayang yang sembab.Namanya Diah Sarita, ibuku tinggal di daerah kompleks sebelah. Namun, memang tiap siang ia mengirimkan masakannya ke sini. Kalau pagi, sarapan biasa dengan roti atau nasi goreng buatan Mayang. Aku yang meminta ibu untuk memasak setelah Mayang melahirkan anak k
Leer más
Bab 4
ISTRIKU SERING MENANGISBab 4Ting ... tong .... Suara bel berbunyi, ada tamu datang, Mayang pun segera membukakan pintunya. Rupanya ibu mertuaku yang datang, mamanya Mayang. "Assalamualaikum," ucapnya ketika sudah diperkenankan masuk. "Waalaikumsalam," sahutku dan Mayang. Ratna Antika namanya, mamanya Mayang ini terbilang glamor penampilannya. Sering tetanggaku bilang bahwa Mayang dan mamanya seperti kakak dan adik. Wajah yang sangat glowing, penuh perawatan, pastinya akan membuatnya bertanya-tanya akan penampilan anaknya setelah melahirkan Arya."Cucuku di mana, Mayang?" tanya mama mertua. "Ada di dalam, tadi kecapean nangis, sekarang mungkin tidur," jawabku. Mayang pasti tidak mengetahui bahwa anaknya tadi nangis."Oh gitu, padahal mama kangen dengan Arya. Oh ya, Ardan, terima kasih uangnya sudah Mama terima, padahal Mama nggak berharap dikasih oleh kalian, yang penting kalian bahagia, Mama pun ikut bahagia," ungk
Leer más
Bab 5
ISTRIKU SERING MENANGISBab 5"Aku berikan Mama hanya 1 juta rupiah, puas? Atau malah tidak percaya?" Itu pun baru bulan ini ngasih, karena uang hasil ngojek yang kukumpul ada lebihan," jawab Mayang membuatku terkejut. "Mayang, kalau memang kamu ingin berikan Mama sejumlah uang, ngomong pada Mas," ucapku sambil mencari dompet. Sebaiknya aku ganti uang Mayang, siapa tahu dengan seperti ini, ia mau menjawab semua rasa penasaranku.Setelah mendapatkan dompet itu, aku pun segera mengeluarkan sejumlah uang yang ia sebutkan tadi."Ini, Mas gantikan uang yang kamu berikan untuk Mama atas namaku. Terima kasih ya, Dek. Kamu telah ingatkan Mas untuk memberi meskipun tahu orang tuamu berkecukupan," jawabku. Ia hanya terdiam, kemudian meraih uang yang kuberikan padanya."Terima kasih, Mas. Aku simpan uang pemberian kamu, terima kasih sekali lagi sudah percaya dengan ucapanku," ketusnya. Kemudian, ia letakkan uang itu di sebuah laci yang tak pernah
Leer más
Bab 6
ISTRIKU SERING MENANGISBab 6"Kalau begitu, aku permisi dulu ya, makasih loh!" ucap wanita itu lagi. Sepertinya ia mau pulang, lebih baik aku nongol lebih dulu, agar bisa tanyakan langsung padanya."Assalamualaikum," ucapku sambil melebarkan daun pintu yang sedikit terbuka. "Waalaikumsalam, loh Mas kamu pulang lagi?" tanya Mayang heran. Ia pun sontak memandang wajah wanita yang berada di hadapannya."Iya, ada yang ketinggalan. Maaf, Mbak ini siapa ya?" tanyaku pada wanita yang tak kukenal, dari parasnya usia wanita itu sekitar seumuran Mayang. Ada urusan apa ia ke sini? Tagihan apa yang Mayang punya?"Mas, kamu sudah dari tadi ya di depan pintu?" tanya Mayang balik. Rasanya ia selalu menutupi setiap kali aku ingin mengetahui apa yang ia lakukan."Maaf Mayang, aku tanya temanmu dulu, agar tahu istriku ini punya cicilan apa!" tekanku pada Mayang. Ia pun tertunduk, kemudian Mayang duduk di sofa. Ada tarikan napas keluar dari mulut
Leer más
Bab 7
Bab 7Pov MilaAku mengeluarkan tangisan di hadapan Mas Hendra. Sehingga membuat Hendra panik dan cemas melihat kondisiku saat ini. Kulepaskan dekapannya, kemudian kuambil secarik kertas sebelum membuka laptop yang kepegang, dengan hentakan kaki pelan, aku meletakkan kertas dan pulpen di atas pahanya. "Apa ini?" tanya Mas Hendra. Kedua alisnya ia tautkan ketika melihat aku memberikan secarik kertas. "Baca saja!" sahutku. Kemudian matanya mulai menatap dan membacanya dari atas ke bawah. Setelah membaca dengan teliti, ia menghela napas dalam-dalam. Kemudian, memejamkan matanya sejenak. Lalu bicara berhadapan denganku. "Kenapa semua aset minta dipindah atas namamu?" tanyanya pelan. "Wajar, aku istri sah kamu, dan Ayu darah dagingmu," sahutku sambil terisak. "Alasannya apa? Kalau aku tidak mau, kamu minta cerai?" tanyanya. Kemudian, aku membuka laptop yang berisikan reka
Leer más
Bab 8
 Bab 8Bola mata Mayang tampak berputar, kelihatan seperti ia sedang mencari alasan."Aku mau ke dokter gigi, Mas. Maaf ya, selama ini aku perawatan gigi nggak bilang-bilang," sahut Mayang. Mataku menyipit sambil memegang kedua pipinya, lalu kubuka rongga mulutnya."Mana? Nggak ada gigi yang ditambal, ngerawat apanya, Sayang?" tanyaku keheranan. Pipinya aku remas sambil becanda dengannya."Mas, perawatan gigi memang harus ada yang ditambal?" tanya Mayang balik, sepertinya ia sudah pandai memutar balikkan fakta. Aku tersenyum tipis, kemudian mengelus-elus rambutnya ya selalu diikat dengan karet jepang."Ya sudahlah, hati-hati di jalan, kalau butuh apa-apa telepon aja, ya. Oh ya, kamu ke dokter gigi memakai asuransi kantor, kan?" tanyaku lagi."Iya, Mas," jawabnya sambil tersenyum merekah.Aku segera bergegas berangkat ke kantor. Ada Pak Wijaya yang telah menunggu kehadiranku di ruang meeting. Takkan kubiarkan pekerjaan yan
Leer más
Bab 9
 Tok ... tok ... tok ...."Masuk!" teriak Pak Wijaya. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri pembicaraan pada pihak asuransi. Petugasnya belum selesai memberikan aku informasi tapi sudah kututup teleponnya, karena ada seseorang yang mengetuk pintu.Dibukanya daun pintu yang terbuat dari kayu jati itu, kemudian masuklah sosok wanita yang ternyata Mayang. Kenapa ia bisa tahu aku berada di sini, di ruangan Pak Wijaya? Aku menoleh keheranan, mataku terpanah pada wanita yang berdiri di samping pintu yang terbuka lebar."Maaf, Pak. Kalau saya lancang ke sini, tapi tadi saya sudah bicara pada Bu Tiara melalui sambungan telepon," terang Mayang. Kemudian, Pak Wijaya pun mengangguk. Ia tersenyum, lalu menghampiriku dan menepuk-nepuk pundak ini."Selesaikan masalahmu dulu, silahkan bicarakan ini berdua di taman atau di tempat yang menurut kalian nyaman," suruh Pak Wijaya. Ia membuatku terharu, mana ada atasan sebaik Pak Wijaya dan Bu Tiara?Leer más
Bab 10
 Bab 10FlashbackPOV Mayang"Pokoknya kamu harus bayarin utang Ibu, Ardan pinjam uang Ibu loh, lagian siapa suruh Caesar? Jadi wanita kok lemah banget, mules segitu aja udah minta Caesar!" cetus ibu lagi. Astaga, memangnya aku menginginkan itu? Kalau boleh pilih, pastinya akan kupilih melahirkan normal karena tidak perlu menyobek perut ini.Aku menghela napas dalam-dalam, air mata ini menetes ketika mereka mencemooh tentang aku yang melahirkan Caesar. Jangan sampai ucapan mereka membuatku terpuruk, lalu menjadikan Arya korban atas semua ini.Meskipun bekas sayatan operasi masih amat sakit, tapi mendengar penuturan mertua dan adik iparku sangatlah lebih menorehkan luka.Sita, ia itu adik iparku, istri dari Rayyan, adik Mas Ardan. Sita melahirkan putri pertamanya dengan cara normal. Jarak melahirkan antara kami hanya berbeda dua bulan. Sita lebih dulu positif hamil dan pastinya lebih dulu melahirkan. Namun, memang ia lebih berunt
Leer más