Bab 585. Tidak
“Kamu diapain?” tanya Mas Suma menyambutku ketika membuka pintu kamar. Ini berarti selama aku berbincang dengan Nyonya Besar dia bersiap di depan sini.

“Ngobrol saja. Mami kangen sama aku,” ucapku sambil bergegas ke belakang. Aku mencari Bik Inah.

Sekarang gilirannya menemani mertuaku untuk melanjutkan tugas seperti biasanya. Pijit. Ini sudah seperti syarat wajib kalau Mami berkunjung. Sentuhan tangan Bik Inah di kedua kaki menjadi rutinitas.

Bukan Mas Suma kalau dia sabar menunggu. Tanganku di cekal sebelum keluar pintu belakang. “Kamu tidak dimarahi, kan?”

Aku tersenyum. Melihat matanya yang menyorotkan kekawatiran. “Nanti aku cerita di kamar. Sebentar aku cari Bik Inah dulu.”

“Ran__”

“Sebentar. Mas Suma mau Mami marah karena tidak segera dipijit?” ucapku memaksa dia melepas tangannya.

Seakan sadar, seketika tangannya terangkat. “Ok! Ok! Aku tunggu di kamar. Jangan lama-lama. Penasaran,” ucapnya sambil mencolek pipi ini dan berlalu.

Baru saja membuka pintu belakang, Bik Inah
Astika Buana

Kesal itu tidak harus berteriak. Justru saat kita diam, dia akan kelimpungan.

| Me gusta
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo