Bab 243. Warna Senada

Beberapa jam sebelumnya

POV Bramantyo

Sekuat tenaga aku menekan perasaanku kepadanya. Tangan ini sering ingin terulur, tetapi berakhir dengan menggantung di udara. Menepis kerinduan dan menyerah kepada keadaan yang mengharuskan rela.

Tadi pagi saat menginjakkan kaki di kota ini. Aku sempatkan berkeliling menyusuri tempat-tempat kenangan indah. Sengaja aku menyewa motor, demi membayangkan tanganmu yang melingkar di pinggang ini. Seperti dulu.

Maharani, nama wanita yang masih tertulis pekat di hati ini. Tidak mampu aku mengusirnya, walaupun nama Wulan sudah setia mendampingi dan mengerti dengan apa yang aku rasa. Bukannya tidak merasa bersalah dengan wanitaku yang sudah memberiku dua putri ini. Namun, ketidaksanggupankulah jawabannya.

“Aku tidak bisa egois menguasai hatimu. Menuntut Mas Bram untuk lupa sama sekali dengan Mamanya Wisnu. Karena aku tahu, cinta pertama tidak bisa dihapus dan membuat kita berpaling. Seperti cintaku kepadamu, Mas,” ucap Wulan setiap aku menyatakan ketidak m
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo