"Itu dia!"Sarah tersenyum saat melihat punggung Dava yang tengah berdiri di depan daun pintu ruangan.Tangan pria itu tampaknya akan memutar gagang pintu, agar bisa masuk ke dalam sana.Tapi Sarah dengan cepat menghampiri Dava, membuat pria itu sejenak urung untuk masuk ke ruangannya."Pak!" Huuuufff.Dava pun menarik napas dengan berat, pagi-pagi sekali sudah dikejutkan dengan seorang wanita aneh, padahal untuk malam tadi saja dirinya sudah begitu pusing.Penyebabnya tak lain adalah Sarah.Mengapa Sarah? Padahal wanita itu berada di rumahnya, jelas keduanya berada di tempat yang berbeda.Tentu penyebabnya karena bayangan wanita aneh itu terus saja membayanginya."Pak Dava, ponsel Sarah ketinggalan di Apartemen. Ada bawakan?" tanya Sarah sambil melihat ke arah tangan Dava.Tanpa tahu jika sebenarnya orang yang ada di hadapannya itu tidak baik-baik saja karena masalahnya saat malam tadi."Ponsel?""Iya, kayaknya ketinggalan di apartemen," jelas Sarah lagi sambil mangguk-mangguk.Men
Sarah meletakan bolpoin pada hidungnya, dengan sedikit menghimpit bagian bibirnya ke atas.Agar bolpoin itu tidak terjatuh, dirinya terus fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Dava.Demi dua hal.Pertama ponsel dan kedua bisa ditemani menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya.Sedangkan Dava hanya memperhatikan gerak-gerik Sarah.Hingga Sarah pun menoleh padanya tanpa sengaja, bahkan membuat tatapan mata keduanya saling bertemu.Sejenak keduanya terdiam tanpa ada yang memutuskan terlebih dahulu, namun sesaat kemudian Sarah pun kembali melihat ke depan.Fokus pada tugasnya."Kenapa tugas mu tidak pernah selesai tepat waktu?""Gimana mau selesai tepat waktu Pak? Kemarin itu motor Sarah lecet, pulangnya terpaksa dengan Bapak. Bahkan, sampai tengah malam, abis itu kemarin juga udah jagain anaknya Nada. Terus pulang ke rumah Sarah udah kecapean banget, gimana dong Pak?" tanya Sarah dengan malasnya.Dirinya benar-benar merasa kesal jika di salahkan terus-menerus, apa lagi keadaann
Bertapa bahagia hati Sarah, selain sepeda motornya yang sudah kembalikan lagi padanya. Kini juga bisa menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya bersama dengan Dava."Kenapa kamu lama sekali?" "Namanya juga perempuan Pak, dandan dulu dong," Sarah pun kembali masuk ke dalam mobil.Karena dirinya sudah sangat tidak sabar untuk sampai di acara pernikahan mantan kekasihnya itu.Begitu pun juga dengan Dava yang kini akhirnya ikut masuk ke dalam mobil.Dari tadi dirinya hanya diam di teras menunggu Sarah yang katanya hanya berganti pakaian saja.Namun, rasanya yang terjadi bukan hanya mengganti pakaiannya. Bahkan Dava curiga jika Sarah juga tidur sejenak, sebab waktu yang dibutuhkan untuk berganti pakaian saja sampai satu jam."Buruan dong Pak!"Dava pun segera menyalakannya mesin mobilnya, meskipun sebenarnya dirinya sangat tidak ingin menghadiri pesta tersebut."Kenapa kamu harus pergi dengan ku? Apa tidak memiliki teman laki-laki lain?""Banyak Pak, cuman mereka semua kalah kalau dib
Setelah itu Sarah pun beralih pada Mayra yang langsung saja melempar wajahnya pada arah yang lain.Mungkin tak ingin melihat Sarah sama sekali, aneh bukan?Siapa yang melakukan kejahatan namun bertingkah seolah korban."Selamat ya," kata Sarah.Mayra pun membalasnya dengan kesal, wajahnya tampak jelas kebencian."Dalam waktu dekat ini, kami juga akan menikah. Dan, kalian juga harus datang ke acara pernikahan kami," kata Dava.Rasa shock saat barusan saja belum hilang, tetapi kini sudah dibuat shock lagi oleh Dava.Setiap ucapan yang keluar dari mulut pria itu sungguh sangat mencengangkan bagi Sarah.Ada apa dengan pria ini, mengapa tampak bersemangat untuk menolong dirinya saat ini.Tadi juga hampir di permalukan, namun lagi-lagi Dava yang menolongnya.Semoga saja menolong tanpa imbalan sama sekali."Sayang, kamu juga akan mengundang sahabat mu ini kan?"Sarah pun mengangguk, sedangkan peluh yang bercucuran tak dapat lagi terbendung.Sayang? Kekasih? Mau menikah?Kata-kata apa itu?Ra
Keesokan harinya Sarah langsung menuju ruangan Dava, untuk apa?Untuk mengucapkan terima kasih, karena sudah menolongnya kemarin hari.Menolong dengan begitu sempurna, hingga tidak ada yang bisa mempermalukan dirinya.Mungkin, di suatu hari nanti dirinya juga bisa membalas kebaikan Dava, entah dengan cara seperti apa juga tidak tahu.Sekaligus Sarah juga berniat untuk mengajak Dava makan bakso kesukaannya dan dia yang membayarnya.Sarah benar-benar lupa saat kemarin untuk mengucapkan kata terima kasih, mungkin karena terlalu memikirkan akan mantan kekasih dan sahabatnya yang begitu tega."Pak Dava," Sarah pun memutar gagang pintu, kemudian melihat Dava di dalam sana.Namun, mendadak senyum di bibirnya menghilang saat melihat Dava tidak sendirian di sana.Melainkan ada seorang wanita yang berdiri di samping Dava.Kini keduanya melihat Sarah yang masih berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar."Maaf Pak," kata Sarah dengan perasaan tidak enak.Dirinya tidak tahu jika Dava sedang kedat
"Sarah, kamu baik-baik saja kan?""Kamu kenapa sih? Kok tanya itu mulu dari tadi, memangnya kenapa dengan aku?" Sarah juga bingung dengan Nada.Dari tadi itu adalah pertanyaan yang diajukan pada dirinya.Sehingga Sarah pun bingung apakah ada yang salah dengan dirinya."Nggak papa, sih. Cuman aku mau tanya aja. Tapi, kamu nggak ada perasaan kan sama Dava?""Nggak, kami cuma biasa aja. Nggak ada hubungan sama sekali, aku nggak bohong," jelas Sarah.Nada pun mengangguk, tapi dirinya sendiri masih belum yakin dengan jawaban Sarah.Entah mengapa perasaannya mengatakan sebaliknya."Apa kamu menghadiri acara pernikahan mantan mu, bersama Dava?""Iya, makanya aku mau traktir dia makan bakso tadi. Tapi, nggak jadi, paling nggak aku udah bilang makasih," lanjut Sarah."Gitu ya.""5 menit lagi aku ada kelas, kamu mau langsung pulang atau gimana?""Aku langsung pulang ya, soalnya kasihan Amanda," pamit Nada."Amanda, atau Papinya yang kasihan," goda Sarah sambil cekikikan."Hehe, kamu tahu aja. T
"Itu jaket siapa?" tanya Buk Sumi saat melihat Sarah mencuci jaket.Tampak jaket tersebut bukan milik wanita, apa lagi milik Sarah.Buk Sumi sangat tahu seperti apa jaket kesukaan Sarah.Dan, sepertinya tidak seperti apa yang di pegang putrinya itu saat ini, hingga membuatnya penasaran dan langsung bertanya."Tadi, Sarah kehujanan Buk. Terus, di pinjemin jaket sama Pak Dava. Besok ada mata kuliah siang, sekalian mau Sarah kembalikan, sekarang Sarah cuci dulu," jelas Sarah."Begitu.""Iya, Bu.""Sarah, Bu Wati nanyain kamu terus, katanya kapan mau kenalan sama anaknya?""Apaan sih Bu, Sarah nggak mau di jodoh-jodohin. Memangnya anak teman Ibu itu tidak laku, sampai harus dicarikan jodoh oleh orang tuanya?""Huuus! Kamu kalau ngomong suka sekali asal, menurut Ibu, maksud Bu Wati baik, dia suka sama kamu dan yakin kamu adalah wanita terbaik untuk jadi menantunya.""Nggak ah, Bu, Sarah masih mau kuliah.""Jangan cepat menolak, bertemu dulu Nak. Bertemu juga belum, orangnya ganteng, kamu n
"Zira!""Kamu udah mulai berani bermain api di belakang aku, untuk apa kamu perduli padanya? Untuk apa kamu menolongnya?" tanya Zira.Zira tak juga bisa tenang sebelum mendapatkan jawaban yang pasti, menurutnya alasan Dava terlalu konyol hingga sulit untuk dipercaya.Seorang laki-laki tanpa jelas maksudnya menolong seorang wanita.Apakah mungkin hanya sekedar menolong saja?Zira tidak sebodoh itu dan tak akan pernah mau untuk tertipu."Kenapa sekarang kamu suka sekali membesar-besarkan masalah?""Ini bukan membesarkan masalah, sekarang kita putar posisinya. Gimana perasaan kamu kalau aku yang memperlakukan pria lain seperti itu?""Sebaiknya, kau pulang saja. Aku juga sedang sangat sibuk!"Dava pun memilih untuk pergi, tak perduli pada Zira yang masih saja terbakar amarah karena rasa cemburu yang tak juga kunjung mereda."Dava! Aku belum selesai bicara!"Dava tak ingin ada yang mendengar suara keributan, tentunya itu hanya akan menjadi bahan pembicaraan yang bisa membuat heboh semuanya