"Aku besar begini di katakan tuyul, dasar dosen nggak ada etika!" seru Sarah dengan penuh kekesalan.Sedangkan Ferdian dan juga Zahra hanya terdiam melihat dua orang di hadapannya.Sesaat kemudian keduanya pun saling pandang, seakan berbicara dalam diam."Apa Papi memikirkan sesuatu?" tebak Zahra.Ferdian pun menjawabnya dengan anggukan kepala, sebab memang ada yang terlintas di benaknya."Apa pikiran kita sama?" tanya Zahra lagi."Mereka seperti mengingatkan kita pada jaman dulu," jawab Ferdian."Benar," jawab Zahra dengan yakin.Kemudian keduanya kembali melihat dua orang yang masih saja bersitegang di sana.Entah seperti apa kedekatan keduanya, tapi siapa pun yang menyaksikan ini pasti mengira ada kedekatan yang cukup baik.Tetapi, keduanya tetap saja menepis itu semua. Mungkinkah mereka tak menyadari kedekatan mereka yang menimbulkan tanya."Dasar!" pekik Sarah yang akhirnya menghentikan pukulannya setelah mulai menyadari sesuatu.Sarah pun menjauh dan melihat dua orang yang baru
Dava pun segera masuk ke dalam mobilnya, kemudian duduk di kursi kemudi bersiap-siap untuk menyalakan mesin mobilnya.Namun, mendadak Dava terkejut mendengar suara seseorang."Hay, Pak Dava!" Dava pun melihat ke sampingnya, ternyata ada orang aneh di sana.Siapa lagi kalau bukan Sarah, entah bagaimana caranya wanita itu masuk dan entah berapa lama pula berada di sana.Dan Dava sungguh shock setelah dikejutkan dengan suara barusan."Kamu?" Dava pun seolah menatap bingung, bercampur kesal. Sebab, dirinya sangat dibuat terkejut saat ini."Hehe," Sarah menyadari jika Dava sangat terkejut dengan kehadirannya, sehingga dirinya terkekeh demi bisa berdamai dan tak ingin ada perpanjangan masalah."Kenapa kamu ada di sini?""Tadi, aku nungguin Bapak. Cuman, Bapak nggak muncul-muncul. Terus, aku iseng buka mobil Bapak. Eh, nggak di kunci. Ya udah, aku masuk dan tunggu di dalam aja," jelas Sarah dengan penuh semangat, bahkan bibirnya yang terus saja tersenyum."Dasar wanita aneh, tapi, untuk apa
Tapi itulah Sarah dan sepertinya Nada dapat menyimpulkan bahwa Dava dan Sarah sudah begitu akrab.Baiklah, terserah keduanya saja. Baginya kedua orang itu adalah orang-orang yang baik.Lagi pula tidak ada yang salah, karena keduanya sama-sama belum menikah juga bukan?Jadi tak ada hati yang harus di jaga.Hingga sesaat kemudian Nada pun melihat ke arah Tama yang melihatnya juga dari sana, dimana mobil terparkir, hingga akhirnya mendapatkan sebuah ide yang cukup bagus dan menguntungkan dirinya."Sebentar ya, tunggu di sini," kata Nada."Memangnya kenapa?" tanya Sarah penasaran.Tapi Nada memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Sarah.Hingga Sarah yang hanya diam menunggu Nada di sana seperti apa yang diinginkan oleh Nada barusan.Begitu pun dengan Nada yang kini berdiri di hadapan Tama."Mas, ada baby sitter dadakan," kata Nada sambil menunjuk mobil Dava."Setuju, hanya untuk dua jam kedepankan?" Tama pun mengangguk dan bibirnya tersenyum simpul, membayangkan bisa bermesraan dengan Nad
"Bapak, ngapain bawa aku ke sini?"Sarah pun meneguk saliva sambil memeluk baby Amanda dan memperhatikan sekitarnya.Bagaimana tidak sampai meneguk saliva, karena saat ini dirinya berada di sebuah apartemen.Sarah baru tersadar setelah masuk ke dalam ruangan tersebut.Apartemen?Pikiran Sarah langsung saja tertuju pada sebuah kekejaman.Ataukah saat ini Dava akan melakukan sesuatu hal pada dirinya?Seperti melecehkan dirinya?Tidak.Sarah pun kini menatap Dava dengan horor, pikirannya benar-benar dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang akan segera menimpa dirinya."Tidak usah berpikir aneh-aneh!" Dari raut wajah Sarah sepertinya Dava dapat menyimpulkan satu hal, yaitu sesuatu yang negatif tengah berkeliaran di benak Sarah.Dava pun memilih untuk duduk di sofa, menyalakan televisi dan bersantai di sana."Aku tidak seperti yang kau pikirkan!" tambah Dava tanpa melihat ke arah Sarah.Sebab, dirinya hanya melihat televisi yang menyala."Gimana nggak mikir aneh-aneh coba, lihat," Sarah
"Lepaskan Pak!" seru Sarah semakin meninggi seiring dengan kekesalan terhadap Dava.Lelaki itu tampak begitu lancang melakukan itu pada dirinya.Hingga tidur baby Amanda pun terusik, bayi itu menangis.Membuat Dava pun segera melepaskan Sarah dengan segera."Dasar aneh!" Sarah pun melayangkan tangannya, ingin memukul wajah Dava.Tapi tangan Dava berhasil menghalanginya, hingga membuat Sarah merasa kecewa."Amanda menangis!" kata Dava sambil menunjuk bayi itu.Dengan segera Sarah pun bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke arah baby Amanda."Masalah kita belum selesai!" ancaman masih saja keluar dari bibir Sarah.Karena Dava yang belum mendapatkan pukulan dengan tangannya sendiri.Bagaimana pun Sarah harus membalas apa yang barusan diperbuat oleh Dava.Tapi untuk kali ini tidak, Sarah harus bersabar untuk sejenak demi memenangkan baby Amanda."Aku mandi dulu!" Dava pun segera masuk ke dalam kamar, terserah pada wanita itu mau mengatakan apa pada dirinya."Pak, ini Amanda gimana?""
"Apa yang kau lakukan?" Bertapa shock nya Dava melihat Sarah yang sudah melepas kemejanya, kemudian kembali mengguyur tubuhnya di bawah shower.Mungkin saja wanita itu belum sadar dengan apa yang sedang dia lakukan saat ini.Tapi bagaimana dengan Dava?Meskipun Dava punya prinsip dasar untuk tidak menyentuh wanita sebelum dinikahinya tapi bukan berarti dirinya tidak bisa merasa panas dingin jika sudah melihat wanita di hadapannya hanya dengan memakai bra saja."Akhirnya," Sarah pun merasa lebih baik, karena kini tak lagi merasa kepanasan, "ini gara-gara Bapak! Lihat!" Sarah pun membusungkan dadanya.Di sana tampak ada sesuatu yang terlihat akibat terkena air panas."Dasar wanita aneh, apa kau tidak sadar dengan yang kau lakukan? Kau tidak lihat tubuh mu sekarang?" Dava pun menunjuk Sarah.Akhirnya Sarah pun tersadar dengan dirinya saat ini."Ya ampun," Sarah pun menyilangkan kedua tangannya di dada, dirinya juga bingung mengapa bisa begitu."Sudahlah, aku keluar dulu. Aku ambilkan ha
"Bapak! Sakit tahu!" ringis Sarah sambil menggosok kepalanya yang terasa cukup nyut-nyutan itu.Tapi apakah Dava perduli? Sepertinya tidak sama sekali."Apa yang sedang kamu pikirkan tentang aku?""Aku curiga Bapak ini sebenarnya tidak normal!" akhirnya Sarah pun menyampaikan apa yang membuatnya melihat Dava tanpa hentinya.Mungkin saja ada satu hal yang mengganjal hingga dirinya butuh penjelasan.Tentu."Maksud mu?""Bapak, bahkan nggak ada rasa apa-apa waktu lihat perempuan? Padahal tadi--" Sarah pun lagi-lagi terdiam.Bertanya-tanya tentang Dava yang mungkin memiliki selera yang berbeda dari lelaki normal pada umumnya.Itu sepertinya tidak lagi diragukan, karena memang sangat tidak mungkin seorang pria hanya biasa saja melihat wajah berpenampilan seperti tadi di depan matanya sendiri."Memang begitu!" jawab Dava dengan pasti."Nggak mungkin, Sarah curiga kalau Bapak itu sebenarnya pencinta sesama, 'kan! Akui aja! Sarah sudah benar-benar yakin!" kali ini Sarah tampak begitu yakin ak
Sarah yang kini berada di dalam kamarnya cukup kesal memikirkan ponselnya yang masih tertinggal di apartemen Dava.Padahal dirinya sangat membutuhkan ponselnya tersebut.Bagaimana pula bisa teledor seperti ini, melupakan sesuatu yang selalu saja berada di tangannya.Sarah benar-benar tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi."Kesel banget sih, gimana nggak kesal coba? Mampus aja tuh orang sekalian!" ucap Sarah penuh dengan kekesalan, bahkan sambil membayangkan Dava sedang di hadapannya langsung, mungkin bisa mencabik-cabik wajah pria gila itu."Kamu ngomong sama siapa?" Buk Sumi yang baru saja masuk ke kamar anaknya juga bingung melihat mulut Sarah yang komat-kamit.Bahkan Sarah tak memiliki lawan bicara di sana, artinya putrinya itu bicara sendirian."Ibu?" Sarah pun terkejut melihat kehadiran Buk Sumi yang tiba-tiba."Kamu itu kenapa lho, kok tiba-tiba ngomong sendiri tidak jelas begitu?""Itu Buk, Pak Dava. Ngeselin banget, ngasih tugas banyak, motor Sarah belum di balikin, sekarang