Dia mengambil sendoknya, mengambil sepotong daging dan menggigitnya. Dia langsung tersedak oleh bumbu itu.Dia melemparkan sendok dan buru-buru menuang segelas air untuk dirinya sendiri."Kenapa ini sangat pedas? Apa aku memasukkan terlalu banyak merica?" gumamnya pada dirinya sendiri.Rebusannya berbau sempurna, tapi rasanya terlalu pedas untuk Layla.Dia terbiasa dengan rasa makanan yang lebih ringan di rumah dan meskipun dia kadang-kadang makan bersama teman-temannya, dia hanya bisa menolerir makanan yang agak pedas.Setelah menghabiskan airnya, dia duduk kembali di kursinya dan memikirkan cara untuk menghilangkan bumbu itu. Akhirnya, dia meletakkan semangkuk air di sebelahnya dan merendam daging di dalam air untuk mencuci beberapa bumbu, agar dia tidak tersedak lagi, sebelum menggigitnya lagi.Saat itu, ponselnya mulai berdering.Itu adalah panggilan video dari Avery, dan Layla segera menjawabnya."Sayang, Ibu melihat foto yang kamu posting. Apa kamu makan rebusan malam in
Ivy segera menjawab: [Buat lebih sedikit lain kali, Layla. Kamu harus perhatikan porsinya. Jika kamu memasak porsi yang lebih kecil, itu tidak akan melelahkan.][Sepertinya aku akan pesan makanan saja besok.] Jawab Layla.Ivy menjawab dengan emoji *tertawa*.[Ibu baru saja panggilan video, aku sudah merasa rindu rumah. Aku mau pulang ke rumah! Tapi aku tidak bisa! Aku sudah beli apartemennya dan aku tidak bisa pulang begitu saja!] Layla mengetik.[Layla, tonton saja film atau semacamnya. Kamu akan terbiasa.][Ya, kamu jauh lebih mandiri daripada aku. Apa kamu akan berangkat besok?][Ya, pesawatku lepas landas besok pagi. Aku harus tidur lebih awal dari biasanya malam ini.][Istirahatlah dengan baik, kalau begitu! Ingatlah untuk memberitahuku begitu kamu tiba di Edelweiss.][Tentu saja!]Layla berbaring di sofa sebentar sebelum melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mandi, sepenuhnya berniat mengikuti saran adiknya dan menonton film nanti.Pukul sebelas, ketika Layla sudah
Dia tidak pernah begitu malu dalam hidupnya. Malam ini dia membual kepada keluarganya tentang masakannya dan pada saat itu, dia bersyukur bahwa dia tidak memberi tahu teman-temannya tentang upaya pertamanya memasak, tetapi jika dia memberi tahu mereka, dia tidak akan pernah mengakuinya. Keracunan makanan bagian dari usaha memasaknya."Di mana kamu sekarang?" Eric bertanya dengan tergesa-gesa, tidak mengerti bagaimana keluarganya tidak mengetahui keadaan Layla jika dia tinggal bersama mereka."Aku pindah ...." gumam Layla sebelum tersedak."Kirimi aku lokasinya. Aku akan segera bawa ke dokter." Mendengar dia tersedak melalui telepon, Eric segera bergegas keluar dari kamar tidur.Layla menutup telepon dan mengirimkan lokasi apartemennya. Yang bisa dia pikirkan hanyalah bahwa dia perlu pulih secepat mungkin; dia telah berjanji kepada ayahnya bahwa dia akan pulang Jumat ini, dan jika dia gagal sembuh total saat ini, dia tidak akan bisa pulang.Dia tidak ingin keluarganya tahu karena m
Eric mendesah pasrah. Dia tidak mencoba menguliahi Layla dan hanya berharap dia akan memprioritaskan kesehatannya. Namun, Eric mengerti bahwa dia sedang tidak mood untuk mendengarkannya karena merasa tidak enak badan.Dia mengambil gelas kosong dari Layla dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.Dokter kembali dengan membawa kantong infus dan ketika Eric baru menyadari bahwa tidak ada apa pun di ruangan yang dapat digunakan untuk menggantung kantong infus, dia keluar dari kamarnya untuk melihat apakah ada sesuatu di sekitar apartemennya yang dapat digunakan. Sayangnya, dia tidak dapat menemukan sesuatu yang cocok."Tuan Santos, bagaimana kalau kamu simpan satu kantong infus? Aku mau kembali ke rumah sakit dan mengambil infus lagi," kata dokter.Eric segera menerima kantong infus dari dokter dan mengangguk.Layla berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka, tidak bisa tidur.‘Aku merasa seperti terus mengacaukan segalanya,’ pikirnya pada dirinya sendiri."Dokter, apa di
Eric terdiam mendengar pertanyaan itu."Apa ada sesuatu terjadi?" Eric bertanyaEric tidak sengaja memutuskan hubungan dengan mereka, sejak Layla mengajaknya berpacaran, Eric merasa bahwa baik Elliot maupun Avery tidak ingin bertemu dengannya. Jadi, dia mengambil inisiatif sendiri untuk tidak terlihat oleh mereka."Ya! Sesuatu yang besar terjadi," kata Layla. "Kamu harus bertanya pada ibu!""Aku tidak akan membongkar jika ibumu tidak memberitahuku tentang hal itu.""Dan itulah mengapa aku mengatakan bahwa kamu tidak mau berhubungan. Apa karena pacar kamu? Sepertinya kamu tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada kita."Eric dibuat terdiam."Tunggu, mungkin tidak pantas bagi aku untuk meminta kamu datang ke sini, bukan? Apa pacar kamu tinggal bersamamu?" Layla tiba-tiba menyadari. "Kenapa kamu tidak memberiku saja kantong infus itu dan kamu boleh pulang?""Dia tidak tinggal bersamaku." Eric menolak untuk pergi. "Sudah larut. Tidur saja dan berhenti memikirkan hal-hal yang b
Melihat Layla sudah tertidur, dokter berbisik, “Lenganmu pasti mati rasa sekarang.”"Aku baik-baik saja kok."Mereka berdua keluar ruangan."Apakah dia masih perlu diinfus besok?" Eric bertanya sambil melenturkan pergelangan tangannya."Tergantung kondisinya besok. Jika muntahnya berhenti besok, dia tidak perlu diinfus dan hanya perlu menghabiskan obatnya," kata dokter itu. "Yang paling penting dia tidak mengonsumsi makanan yang berminyak apa pun. Dengan begitu dia seharusnnya pulih minggu depan.""Ini akan memakan waktu seminggu?""Ya. Sebaiknya dia istirahat dan hanya makan makanan yang mudah dicerna di perut, seperti sup, sampai dia sembuh."Eric terdiam. Layla telah memberitahunya bahwa dia akan pulang Jumat ini. Mempertimbangkan saran dokter, dia mungkin tidak bisa pulang.Keesokan paginya, Layla bangun kelaparan. Dia mendorong selimut dan meninggalkan tempat tidur untuk mencari air minum.Ruangannya terasa bergoyang ketika dia berdiri, dan dia bersandar ke dinding untuk
"Apa yang sedang kamu bicarakan? Eric sudah punya pacar. Aku sebenarnya mau menelepon Robert tadi malam tapi tidak sengaja malah menelepon Eric.""Jadi dia yang datang tadi malam untuk menjagamu?" tanya Amy bersemangat."Iya. Jangan terlalu berpikiran aneh-aneh. Dia membawa seorang dokter untuk memberiku infus, dan aku tertidur setelah menerima pengobatan.""Oh. Apa yang telah terjadi, Layla? Apakah kamu demam? Aku ingat kamu pernah menderita keracunan makanan terakhir kali, dan kemudian kamu demam .…""Aku tidak demam ... tapi aku merasa yang ini lebih buruk. Aku juga tidak muntah banyak saat itu. Aku merasa ingin muntah sekarang," kata Layla. Tiba-tiba, perutnya melilit, dan dia merengut.‘Aku sudah di infus dan minum obat yang tepat, kok masih mual?’ pikirnya pada dirinya sendiri.Layla ingin lari ke kamar mandi tetapi menyadari tidak ada waktu dan muntah di tempat sampah di sebelahnya."Kenapa kamu masih muntah? Aku pikir kamu sudah diperiksa oleh dokter?" Amy dengan panik m
Amy memencet dua tetes obat tetes mata ke kedua matanya dan merangkak ke tempat tidur di samping Layla. Layla menarik napas dalam-dalam dan menelepon.Eric berdiri di dekat pintu kamar tidur untuk mengawasi keduanya.Avery segera menjawab panggilan itu, dan Layla mulai berbohong. "Bu, aku tidak bisa pulang akhir pekan ini! Amy baru saja putus, dan aku harus tinggal bersamanya akhir pekan ini!"Avery awalnya terkejut, tetapi segera memperhatikan Amy, yang tampak menangis di samping Layla."Amy, ini akan baik-baik saja. Jangan menangis!" Avery pernah bertemu Amy sebelumnya. Layla membawanya pulang untuk makan malam, kesan Avery terhadap Amy adalah bahwa dia adalah wanita muda yang sopan dan antusias."Bibi, aku sangat sedih ... aku butuh Layla untuk tinggal bersamaku selama beberapa hari ... apakah Bibi tidak keberatan?" Amy terisak, air mata mengalir di pipinya."Tentu saja ... aku tahu kalian berdua dekat. Kalau begitu Layla akan tetap bersamamu. Jangan terlalu bersed