Segera Selin menuju alamat yang diberikan oleh Tama, menanyakan secara langsung apakah yang dikatakan oleh Tama adalah benar ataupun tidak.Amarah dan juga rada penasaran benar-benar menggebu-gebu.Bagaimana bisa dirinya ditipu oleh seorang anak kecil.Selin dan Rifki memang terpaut usia jauh, bahkan usia Selin sudah 27 Tahun. Sedangkan Rifki baru menginjak 21 Tahun.Usia tak menjadi masalah, karena saat Selin terpuruk hanya ada Rifki yang menjadi sandarannya.Hingga membuat nyaman dan akhirnya keduanya pun sepakat untuk menjalin sebuah hubungan serius.Bahkan selama beberapa bulan kebelakang ini Selin mengeluarkan uang untuk biaya kuliah dan juga uang lainnya untuk Rifki.Apakah mungkin Rifki berbohong padanya, menipunya habis-habisan begini.Jika saja saja benar maka percayalah dirinya tak akan diam saja. Perasaan Selin tak menentu saat berdiri di depan daun pintu masih tertutup, sialnya dirinya sudah sangat mencintai Rifki dan takut mendengar kenyataan bahwa benar Nada adalah keka
Tama hanya diam saja, duduk di kursi kebesarannya. Tepatnya di kantornya, biarkan saja Selin menemui Nada. Semoga saja setelah itu apa yang diharapkan benar-benar terjadi.Apa yang diharapkan oleh seorang Tama, tentu saja hubungan Nada dan juga Rifki berakhir detik ini juga tanpa ada penghalang lagi ataupun kecuali.Sepertinya apa yang diimpikan Tama tidaklah sia-sia, karena Nada pun tak akan mau dengan lelaki yang sudah menduakan cintanya, padahal dirinya begitu tulus terhadap Rifki.Begitu juga dengan wanita lainnya yang ikut menjadi korban, siapa lagi kalau bukan Selin.Parahnya lagi Selin hanya dijadikan ATM berjalan oleh Rifki yang selama ini dia anggap serius mencintai dirinya."Kak, ini air dua ember, tepung satu kilo, telur busuk udah Nada beli dari warung."begitu bersemangat saat nanti akan melakukan aksinya bersama dengan Selin.Bahkan repot-repot membeli banyak barang-barang yang dibutuhkan untuk membuat Rifki benar-benar jera."Tepung sama telur, maksudnya, kita manggil d
Kurang lebih habis sudah 500 lembar tisu yang digunakan Nada untuk mengusap air matanya, setelah kejadian barusan benar-benar membuatnya merasa menjadi wanita paling menyedihkan di dunia ini.Sampai-sampai Sarah pun sangat kesal pada Nada."Nada, udah dong. Berisik tahu!""Kamu nggak tahu rasanya gimana kalau putus cinta, sedih tau nggak?" Nada malah melampiaskan kemarahannya pada Sarah, karena tak merasakan apa yang sedang dirasakan olehnya."CK, lebay! Cari yang baru kan bisa!"Nada semakin berteriak kencang, karena merasa Sarah tak perduli pada perasaannya saat ini."Kamu tahu aku?""Taulah, siapa yang nggak tahu? Kan Ibu aku kerja di rumah orang tua kamu!""Bukan itu Sarah!""Terus apa?""Perasaan aku sekarang, Sarah," Nada menepuk dadanya, seakan rasa sakitnya begitu dalam, "aku udah tulus banget--" Nada mendadak berhenti berbicara saat ponselnya berdering.Hingga akhirnya matanya melihat layar ponselnya.Dengan segera Nada pun menjawab panggilan tersebut, dirinya sudah dewasa ja
Sore harinya Nada pun harus pulang, tetapi kali ini dirinya sendiri bingung harus pulang dengan siapa.Sedangkan uang di dompetnya pun tidak ada satu rupiah pun.Begitu banyak tantangan menjadi orang biasa, tetapi Nada sangat menikmati kebebasan ini.Hingga akhirnya Nada pun mendapatkan ide yang cukup brilian."Om, anterin Nada pulang dong!" Nada langsung saja meminta Tama yang mengantarnya pulang ke rumah.Padahal selama beberapa hari kebelakang ini selalu saja menolak saat Tama menawarkan diri.Tak jarang pula Tama memaksa dengan caranya, bahkan mengancam pula. Tetapi, tetap saja ditolak dengan mentah-mentah.Lantas seperti tidak dengan saat ini.Tentu saja saat ini Nada membutuhkan Tama, karena Rifki yang biasanya menjadi ojek tercintanya sudah tak lagi ada.Karena mereka sudah berakhir juga pastinya, setelah kejadian yang menimpa cintanya.Cinta terbagi dua sungguh sangat memilukan dada.Lantas apakah saat ini Tama mau mengantarkan Nada untuk pulang, seperti apa yang diinginkan ol
Di sebuah restoran ternama salah satu milik yang tak lain adalah milik Tama, kini Nada sedang menikmati makan malamnya. Menemani seorang Tama yang lagi-lagi menjadi klien-nya, dan sesaat kemudian akan mendapatkan bayaran sebuah tas branded keluaran terbaru dengan harga 1 M.Cukup mahal, tetapi tidak menjadi masalah untuk Tama.Asalkan bisa menemaninya, bahkan tanpa sadar Tama mulai meninggalkan dunia hiburan malam yang biasanya menjadi tempatnya untuk menghibur diri.Selesai makan malam, Nada dan Tama pun menuju pusat perbelanjaan.Nada memilih tas sesuai dengan keinginannya, tak lupa membelikan untuk Sarah juga.Meskipun tidak semahal milikinya, tetapi tas tersebut berkisar antara Rp. 100.000.000.00."Makasih ya Om, ini buat saudara Nada. Buat sogokan, nanti kalau dia laporin Nada ke ibu karena pulang malam, 'kan bahaya Om," jelas Nada.Padahal Tama tak membutuhkan penjelasan Nada sama sekali, karena percuma saja.Sekali Nada mengatakan membelinya, tak akan ada cara untuk menghentika
"Kamu lihat ini?"Mata Sarah langsung melebar melihat tas branded keluaran terbaru milik Nada."Ya ampun Nada, kamu ngabisin 1 M cuman buat beli tas?" Sarah benar-benar tidak tahu seperti apa cara berpikir seorang Nada.Tetapi menurutnya uang sebanyak itu bisa untuk membangun rumah, bahkan mungkin seharga dengan rumah yang kini menjadi tempat tinggalnya.Itupun sudah dengan tanahnya sekaligus, sedangkan Nada hanya mengunakan untuk satu buah benda kecil."Aku rasa ini tidak wajah, lebih-lebih jika bisa untuk masuk ke dalamnya. Lah ini? Cuman berapa centimeter Nada?"Lagi-lagi Sarah menarik napas panjang sembari tangannya berusaha mengukur seberapa besar tas branded milik Nada yang lagi-lagi tidak masuk akal baginya."Namanya membahagiakan diri sendiri."Lihat saja wajah Nada, terlihat santai tanpa rasa beban sedikitpun.Sedangkan Sarah sudah hampir tidak bisa bernapas melihatnya saja."Orang kaya emang beda, kalau orang seperti kami ini sudah bisa beli rumah Nada!" Terang Sarah lagi.D
Sesampainya di kantor Nada pun berjalan di belakang tubuh Tama, sampai akhirnya langkah kaki Nada terhenti saat melihat seseorang."Kak Selin?" Nada pun berseru, tetapi sesaat kemudian menutup mulutnya, "hihi, kelepasan, maklum biasa di hutan," celetuk Nada.Selin pun tersenyum melihat Nada, meskipun sedikit bingung dengan keberadaan Nada di perusahaan tempatnya bekerja."Kamu ya, ada-ada saja.""Kak Selin apa kabar?""Baik, kamu ke sini ada tujuan?""Nada kerja Kak, jadi asistennya Om Tama."Selin pun mengangguk, tetapi bukankah ada Gilang? Tetapi Selin pun tak ingin mengetahui lebih jauh, sebab orang kaya bebas memiliki berapapun asisten pikir Selin lagi."Kakak juga kerja di sini?""Aku sekretaris Bos.""Wah, hebat juga ya ternyata Kakak. Kalau gitu bisa bantuin Nada nantinya.""Ya dong.""Nada ke ruangan Bos dulu ya Kak."Nada pun menyusul Tama, tak menyangka jika dirinya dan Selin bisa bekerja di tempat yang sama.Bekerja?Akankah ada pekerjaan yang dikerjakan oleh Nada nantinya
"Kamu Kenapa?" Tanya Tama saat menyadari ada yang aneh dari Nada.Aneh seperti apa?Wanita itu biasanya sangat cerewet, tetapi kini mendadak menjadi pendiam.Ada apa dengan wanita itu? Adakah sesuatu yang membuatnya menjadi demikian."Nggak papa sih Om. Nada, cuman bingung mau ngelakuin apa di sini. Perasaan dari tadi cuman diem aja. Bosan tau Om," keluh Nada menunjukan raut wajah kesalnya pada Tama.Tama pun bangkit dari duduknya, kemudian ikut duduk di sofa. Tepatnya bersebelahan dengan Nada."Om, Nada penasaran deh, sama cerita masa lalu Om. Boleh cerita dikit nggak sih Om? Maksudnya, sedikit lebih jelas," Nada pun menatap wajah Tama.Kali ini Nada berharap Tama mau bercerita padanya, sebab dirinya memang penasaran saat Tama menceritakan tentang inti dari kisah cintanya di masa lalu."Kalau aku tidur di sini berapa bayaran mu?" Tanya Tama menunjuk paha Nada."Gratis, asalkan Om cerita ke Nada!" Jawab Nada dengan kesal, karena dirinya sudah tak sabar mendengarkan cerita tentang Tama