Bab 6 Beriringan, Bersamamu Aku Akan Menua
Ada sekejap saat Arianne melihat bayangan Will dibalik Tiffany. Ketiganya saling mengenal dengan baik sampai-sampai nada suara dan ekspresi Tiffany Lane bisa sangat menyerupainya.

Arianne terhenyak. Ia tertegun, tidak tahu harus menjawab apa.

Tiffany melambaikan tangan kearahnya dengan tersenyum.

“Baiklah, misiku sudah selesai. Apapun yang perlu kau ucapan, sampaikan pada Will sendiri! Hati-hati di jalan pulang, sampai jumpa besok!”

Dia masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi, meninggalkan Arianne yang terdiam dalam waktu lama, apa yang baru saja diucapkan Tiffany terus berulang dipikirannya...

Saat Arianne tiba di area rumah Tremont, waktu telah menunjukan lewat dari pukul delapan malam. Dia perlahan membuka kotak hadiah untuk melihat bahwa Tiffany telah memberikannya sebuah kalung, sementara Will telah memberikannya sebuah gelang. Di dalam kotak hadiah dari Will terdapat sebuah catatan yang tertulis, ‘Beriringan, bersamamu aku akan menua’.

Tersipu, Arianne menyembunyikan hadiah-hadiah itu di dalam sebuah kotak karton di bawah ranjangnya. Mark Tremont tidak akan pernah setuju dengan keberadaan benda-benda seperti itu, jadi dia tidak berani mengenakannya.

Tiba-tiba, suara Mary terdengar dari belakang.

“Ari, kau sudah pulang? Aku akan buatkan masakan ulang tahun untukmu.”

Arianne segera terbangun.

“Mama Mary, tidak perlu repot-repot. Aku sudah makan. Istirahat lebih cepat saja malam ini.”

Mary terlihat ragu untuk bicara sembari mengusap kedua belah tangannya yang dingin.

“Ari, tuan sudah pulang cepat-cepat dari perjalanan bisnisnya untuk merayakan ulang tahunmu, sepertinya ya. Aku melihat bahwa dia bahkan telah membawa pulang sebuah hadiah tetapi dia tidak tampak bahagia saat dia tahu bahwa kau tidak di rumah. Mengapa pulang selarut ini? Tuan bahkan belum makan malam…”

Nafas Arianne tercekat di tenggorokannya, perasaan panik berdesir di wajah pucatnya. Mark Tremont melarangnya untuk menghabiskan waktu luangnya di luar. Dia menerima undangan Tiffany karena dia merasa bahwa Mark tidak akan pulang tiba-tiba.

Apa yang membuatnya panik adalah penjelasan Mary. Bagaimana mungkin Mark Tremont pulang khusus untuk merayakan ulang tahunnya? Sebuah hadiah pada dasarnya adalah mustahil!

Melihat ketakutannya, Mary menggenggam tangan Arianne.

“Jangan takut, tuan tidak akan menggigitmu. Aku akan menyiapkan makanannya, kau bawa padanya. Hari ini ulang tahunmu. Bermanis-manislah dengan ucapanmu, dia tidak akan mempersulitmu.”

Arianne mengangguk. Ketika Mary selesai menyiapkan masakannya, dia dengan hati-hati membawanya menaiki tangga, mengangkat satu tangannya untuk mengetuk pintu kamar.

“Kamu di dalam?”

Tidak ada jawaban. Arianne telah terbiasa dengan ini. Mark Tremont adalah pria yang sedikit bicara, jadi bukan hal yang aneh baginya untuk mengabaikan orang saat dia sedang kesal.

Sembari menggertakan giginya, Arianne mendorong pintu terbuka lantas ia terkejut. Mark Tremont sedang merokok, terduduk di depan jendela besar. Ruangan itu diselimuti asap tipis, membuat siapapun yang melihatnya bertanya-tanya seberapa banyak dia merokok. Seingatnya, dia jarang merokok...

dikelilingi oleh asap, dia tidak terlihat nyata. Dia bahkan tidak berubah, masih mengenakan jas mahalnya, dengan rambut tertata rapi tanpa sehelai pun keluar terlihat mencuat keluar.

Mencoba menenangkan dirinya, Arianne menaruh makan malam itu dan berjalan untuk membuka jendela di samping untuk membuka sirkulasi udara.

“Kamu kemana saja?” Mark Tremont tiba-tiba bertanya.

Membeku, angin dingin merasuk menembus jantung Arianne.

“Te… temanku mengajakku bertemu. Aku tidak tahu kau pulang. “Suaranya terdengar kecil, sayup tenggelam oleh hembusan angin dingin yang masuk melalui jendela. Arianne tidak yakin Mark mendengar jelas suaranya.

Tampaknya, indera pendengarannya sangat baik.

“Tidak tahu aku pulang? Jadi maksudmu kau bisa melakukan apapun yang kau mau jika aku tidak disini?”

Arianne Wynn merasa kedinginan, sangat dingin sampai-sampai dia menutup jendelanya.

“Tidak… Aku membuat kesalahan. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, ataupun menyebutkan bahwa hari ini adalah ulang tahun ke delapan belasnya. Apapun alasannya, dia hanya akan meminta maaf atas kesalahannya selama Mark merasa kesal.

Mark Tremont mendesah ringan, menyunggingkan senyum kecil sembari mengeluarkan sebatang rokok dan menuangkan minuman ke gelas untuk dirinya. Dia baru saja menyesap sedikit saat Arianne dengan takut-takut mengingatkannya, “Minum setelah kau makan…”

Mark Tremont melihat ke arah gelas di tangannya dan berjalan ke arah Arianne.

“Ini hari ulang tahunmu.”

Melihat minuman yang ia sodorkan, Arianne tentu tidak berani menolaknya. Dia tidak tahu caranya minum, dan itu adalah gelas milik Mark. Dia sangat resik. Arianne akan terlihat sangat berani untuk menyentuhnya, apalagi meminumnya.

“A...aku tidak tahu cara meminumnya.”

Dengan bermuka masam, Mark Tremont mencubit dagu Arianne tiba-tiba dan mengalirkan minuman itu ke dalam mulutnya. Kerongkongan Arianne serasa terbakar seketika, membuatnya terbatuk-batuk terus menerus.

Sebelum Arianne dapat berhenti terbatuk, dia tiba-tiba ditarik ke dalam pelukan Mark.
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo